Dukungan Teman Sebaya: Kunci Hadapi Perundungan di Lingkungan Sekolah

Ilustrasi seorang anak sedang mengalami perundungan oleh teman sebaya (Foto: Envato)

PARBOABOA, Jakarta - Perundungan atau bullying adalah masalah yang sering dialami anak-anak dan remaja di lingkungan sekolah. 

Temuan terbaru menyebutkan perundungan disebabkan karena minimnya skop pertemanan korban. Dengan kondisi demikian, mereka rentan diganggu dan disakiti pelaku.     

Menanggapi persoalan tersebut, psikolog klinis dan anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Dyah Larasati, mengungkapkan bahwa memiliki banyak teman dapat menjadi strategi ampuh untuk menghindari perundungan.

Menurut Dyah, memiliki banyak teman dan aktif bersosialisasi dapat membuat pelaku perundungan ragu untuk bertindak. 

Individu yang terlihat ramah dan memiliki banyak teman, lanjutnya, cenderung lebih aman dari perilaku perundungan. 

Alasannya karena pelaku perundungan biasanya memilih korban yang terlihat lemah atau terisolasi dari sebuah pergaulan. 

Dengan memiliki jaringan sosial yang kuat, individu bisa mendapatkan dukungan dan perlindungan dari teman-teman di sekitar. 

Hal ini bisa menimbulkan efek jera bagi pelaku perundungan karena mereka tahu bahwa korban memiliki banyak orang yang siap membela. 

Jaringan sosial yang kuat juga dapat memberikan dukungan emosional bagi korban dan membantu mereka merasa lebih percaya diri serta tangguh dalam menghadapi tantangan sosial.

Apa yang Mendorong Pelaku Perundungan?

Pelaku perundungan seringkali melakukan tindakan tersebut karena mereka merasa kesepian atau ketakutan. 

Pelaku biasanya berusaha melindungi diri mereka sendiri dengan menindas orang lain agar terlihat lebih kuat. 

Beberapa pelaku mungkin memiliki gangguan kepribadian seperti Narcissistic Personality Disorder (NPD) yang membuat mereka kurang mampu berempati terhadap orang lain. 

Kurangnya empati membuat mereka tidak merasakan penderitaan korban dan terus melakukan perundungan. 

Selain itu, pelaku yang pernah mengalami kekerasan verbal atau fisik mungkin melihat perilaku mereka sebagai hal yang normal dan menirunya dalam interaksi sosial. 

Mereka menggunakan perundungan sebagai cara untuk mengekspresikan rasa frustrasi atau marah yang mereka alami. 

Kondisi lingkungan yang kurang mendukung, seperti lingkungan keluarga yang penuh konflik, juga dapat menjadi faktor pendorong perilaku perundungan.

Pendekatan untuk Mengatasi Perundungan

Upaya mencegah perilaku perundungan menekankan pentingnya pendekatan efektif terhadap lingkungan dan orang tua pelaku. 

Edukasi dan bimbingan psikolog atau psikiater dapat membantu pelaku mengatasi masalah pribadi yang mendasari perilaku perundungan mereka. 

Dengan memahami akar masalah, intervensi yang tepat dapat diberikan untuk mengubah perilaku pelaku. 

Misalnya, jika pelaku mengalami kesepian, mereka bisa diajari cara membangun hubungan yang sehat dan positif dengan orang lain. 

Sedangkan, jika pelaku memiliki gangguan kepribadian, terapi yang sesuai dapat membantu mereka mengembangkan empati dan kemampuan sosial yang lebih baik. 

Dengan memberikan dukungan kepada pelaku, diharapkan perilaku perundungan bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi semua orang. 

Pendekatan ini juga melibatkan pembuatan kebijakan dan program sekolah yang proaktif dalam mencegah dan menangani perundungan, serta melibatkan seluruh komunitas sekolah dalam menciptakan budaya anti-perundungan.

Penjelasan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang pentingnya memperbanyak pertemanan dalam mencegah perundungan. 

Di samping itu, individu dapat memahami faktor-faktor yang mendorong pelaku perundungan dan pendekatan yang dapat diambil untuk mengatasi masalah secara efektif dan netral. 

Memiliki banyak teman tidak hanya memberikan perlindungan dari perundungan, tetapi juga memperkaya kehidupan sosial dan emosional individu. 

Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, di mana semua pihak terlibat dalam menciptakan lingkungan yang positif dan suportif, kita dapat bersama-sama mengurangi dan akhirnya menghapuskan perundungan. 

Melalui edukasi, dukungan, dan kebijakan yang tepat, kita bisa menciptakan dunia yang lebih baik dan aman bagi anak-anak dan remaja.

Definisi Perundungan

Perundungan (penindasan/risak) merupakan segala bentuk kekerasan atau penindasan yang dilakukan secara sengaja oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuatan atau otoritas lebih terhadap orang lain. 

Menurut penelitian yang dilakukan Wardhana (2015), perundungan dilakukan dengan tujuan menyakiti korban dan dilakukan secara berulang kali.

Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2018 menunjukkan sebanyak 107 anak menjadi korban perundungan di sekolah, dengan 127 anak sebagai pelakunya. 

Selain itu, kasus perundungan di media sosial melibatkan 109 anak sebagai korban dan 112 anak sebagai pelaku.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) juga memperkuat data ini melalui ikhtisar eksekutif strategi nasional penghapusan kekerasan terhadap anak periode 2016-2020. 

Data tersebut mengungkapkan bahwa 84 persen siswa pernah mengalami kekerasan, yang berarti setiap 8 dari 10 siswa pernah menjadi korban kekerasan.

Baik data KPAI maupun Kemen PPPA menunjukkan kasus perundungan semakin meningkat dan menjadi masalah yang tidak bisa diabaikan. 

Kasus-kasus tersebut, selain mengalami peningkatan yang pesat setiap tahunnya, juga menunjukkan perilaku perundungan terjadi di lingkungan pendidikan, dengan banyak kasus yang mengarah pada tindakan kekerasan.

Fakta bahwa 8 dari 10 siswa pernah mengalami kekerasan juga menunjukkan bahwa lebih banyak anak yang menjadi korban dibandingkan yang merasa aman. 

Perilaku perundungan mencerminkan betapa rendahnya moral dan akhlak manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa langkah preventif yang tepat, maka banyak anak yang akan menjadi korban perundungan di masa depan.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS