Memahami Apa itu Majas Personifikasi, Lengkap Pengertian, Ciri-Ciri, dan Fungsinya

Majas personifikasi (Foto: Parboaboa/Ziaggi)

PARBOABOA – Di dunia sastra dan retorika, penggunaan majas sering kali menjadi gaya bahasa tersendiri untuk menyelipkan makna tersirat dalam sebuah ungkapan. Salah satu jenisnya yang menarik untuk dikaji adalah majas personifikasi.

Penggunaan majas sering kita temui saat dalam pelajaran sastra seperti puisi, novel, cerpen, drama, dan karya sastra lainnya.

Selain itu, penerapan majas juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tujuan, konteks, atau situasi yang dihadapi oleh penutur dan lawan tutur.

Lantas, apa itu majas personifikasi? Yuk, simak ulasan selengkapnya, mulai dari pengertian, ciri-ciri, dan fungsinya.

Pengertian Majas Personifikasi

Arti majas pleonasme (Foto: Pixabay/congerdesign)

Dikutip dari buku Get Success UN Bahasa Indonesia, arti majas personifikasi adalah majas perbandingan dengan cara meletakkan sifat-sifat insan (orang) pada benda lain.

Kata personifikasi berasal dari bahasa Yunani prosopopoeia yang artinya memanusiakan, serta dalam bahasa Inggris person yang artinya orang.

Personifikasi seringkali memperkaya gambaran dan memberikan dimensi emosional yang lebih mendalam pada karya sastra atau bahkan dalam penggunaan bahasa sehari-hari.

Dengan cara ini, penulis atau pembicara dapat mengekspresikan ide atau konsep dengan lebih hidup dan lebih dekat dengan pengalaman manusia.

Selain itu, ada yang menyebut majas ini sebagai gaya bahasa yang memberikan sifat, ciri-ciri, atau karakter manusiawi kepada benda mati, hewan, dan unsur lainnya.

Dengan kata lain, dalam personifikasi, sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki sifat-sifat manusia dihadirkan atau diungkapkan seolah-olah memiliki pikiran, perasaan, atau tindakan layaknya manusia.

Sebagai contoh kalimat majas personifikasi yaitu "Angin bertiup lembut menyapa wajahku" kata "angin" diberikan sifat manusiawi dengan kata "menyapa" seolah-olah angin itu memiliki kemampuan berbicara atau bersapa layaknya manusia.

Dalam majas ini, unsur manusiawi seperti berbicara, berpikir, merasa, atau melakukan tindakan manusiawi dapat diterapkan pada objek atau konsep yang sebenarnya tidak memiliki sifat-sifat tersebut.

Berbeda dengan majas pleonasme yang merujuk kepada manusia, personifikasi justru memberi kekuatan ekspresif dan imajinatif yang tinggi dalam penggunaan bahasa.

Ciri-Ciri Majas Personifikasi

(Foto: Pixabay)

Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang sering terkait dengan penggunaan personifikasi:

1. Menghilangkan Sekat atau Batasan antara Manusia dan Benda Mati

Pada hakekatnya, manusia merupakan makhluk hidup yang cenderung meniru. Oleh karena itu, sesuatu yang pertama kali dilakukan manusia adalah mengapresiasi segala hal di sekitarnya.

Penggunaan majas ini cenderung muncul karena adanya sekat atau batasan antara manusia dengan benda-benda mati.

Personifikasi bertujuan untuk menghapus batasan tersebut, sehingga manusia dapat merasakan atau menghargainya dengan lebih baik.

2. Melibatkan Panca Indera

Dalam konteks ini, panca indera merujuk kepada lima alat perasa manusia yang spesifik. Alat perasa ini terdiri dari indra penciuman, merasa, melihat, meraba, dan mendengar.

Keterlibatan kelima panca indera tersebut dapat menciptakan unsur kedekatan atau proximidade, meskipun penggunaan personifikasi dalam kalimat tersebut bersifat imajinatif.

3. Pemakaian Kata yang Menggambarkan Sifat Manusia

Ciri-ciri yang terakhir adalah menggunakan kata yang mencirikan sifat manusia pada benda mati. Personifikasi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang mencitrakan sifat manusia pada benda mati.

Dalam konteks ini, kata yang dipakai bisa saja bersinggungan dengan antropomorfisme yang terkait dengan psikologi manusia.

Antropomorfisme adalah representasi sifat manusia pada hewan, benda mati, atau tumbuhan. Makhluk hidup yang bukan manusia atau benda mati diberi karakteristik layaknya manusia.

Inti dari representasi sifat manusia di sini adalah memberi sifat-sifat manusia pada benda mati, seperti berbicara, berpikir, dan bertindak layaknya manusia.

Namun, majas ini tidak sama dengan fabel, yang hanya memberikan sifat manusia pada hewan tertentu. Personifikasi memungkinkan kita untuk menggambarkan benda mati, seperti angin, hujan, atau aroma suatu hal.

Ciri-ciri ini bisa ditemukan dalam sebuah karya sastra seperti, puisi, cerpen, maupun dalam penggunaan bahasa sehari-hari.

Dengan memahami ciri-ciri tersebut, pembaca atau pendengar dapat lebih mudah mengidentifikasi dan merasakan kekuatan ekspresif dari majas ini.

Fungsi Majas Personifikasi

(Foto: Pixabay/Edar)

Gaya bahasa personifikasi sering kita jumpai pada karya sastra ataupun dalam percakapan sehari-hari. Beberapa fungsi majas personifikasi adalah sebagai berikut:

1. Menghidupkan Objek

Memberikan kehidupan dan dimensi emosional pada benda mati dan hewan, dengan cara menjadikannya seolah-olah memiliki sifat-sifat manusia.

2. Menciptakan Kesan yang Imajinatif

Saat digunakan dalam sebuah kalimat sastra, majas ini bertujuan untuk merangsang imajinasi pembaca.

Pembaca dapat membayangkan suasana dan merasakan emosi subjek yang terdapat dalam karya sastra tersebut.

3. Mempercantik Struktur Kalimat

Penggunaan personifikasi dalam karya sastra berfungsi untuk memperindah struktur kalimatnya, sehingga tidak terkesan kaku.

4. Memperkuat Ikatan

Penggunaan personifikasi dalam suatu karya juga dapat memperkuat ikatan antara pembaca sebagai manusia dengan benda mati yang ada dalam karya tersebut.

5. Meningkatkan Daya Ingat

Menyusun kata-kata atau gambaran yang berkesan melalui personifikasi dapat membantu meningkatkan daya ingat pembaca terhadap suatu konsep atau cerita.

6. Menyampaikan Nilai atau Moral

Menggunakan personifikasi untuk menyampaikan nilai-nilai atau pelajaran moral dengan lebih kuat dan menggugah perasaan.

Itulah informasi tentang arti majas personifikasi, lengkap dengan, ciri-ciri, dan fungsinya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Editor: Juni
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS