Memudarnya Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Pematang Siantar

Natsir Armaya Siregar, Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Pematang Siantar. (Foto: Dok Armaya Siregar)

PARBOABOA, Pematang Siantar - Maulid atau Maulud dalam Islam merupakan perayaan terhadap hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Makna dari perayaan yaitu untuk mengenang, belajar memperkuat kebersamaan, melakukan amal baik dan mendalami agama.

Dahulu, tradisi merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu ditunggu-tunggu masyarakat, tidak hanya di Kota Pematang Siantar, tapi di seluruh Indonesia.

Namun dewasa ini, terutama setelah pandemi COVID-19 melanda Indonesia, perayaan Maulid Nabi mulai jarang dimeriahkan.

Hal itu dibenarkan Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Pematang Siantar, Natsir Armaya Siregar.

Menurutnya, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW semakin dilupakan.

"Biasanya diadakan dengan mengundang ustadz-ustadz dari luar kota, provinsi dan juga tingkat nasional," katanya kepada PARBOABOA, Kamis (28/9/2023).

Dalam penyelenggaraan, kata Natsir, Pemko Pematang Siantar biasanya menugaskan PHBI melaksanakan Maulid Nabi dan hari-hari besar Islam lainnya.

Namun pada 2021, Pemko Pematang Siantar tidak lagi memperpanjang Surat Keputusan (SK) PHBI setelah masa berlakunya habis, sehingga tidak ada lagi PHBI baru yang terbentuk dan berujung vakum.

"Pemko bahkan mengira kalau PHBI itu organisasi masyarakat (ormas), padahal bukan," tegas Natsir.

Ia pun mengaku heran terhadap keputusan Pemko Pematang Siantar yang tidak memperpanjang SK PHBI.

"Padahal keberadaan PHBI di bawah naungan Pemko Pematang Siantar, yang kegiatannya didanai melalui alokasi APBD dengan masa tugas 5 tahun," ungkap Natsir.

Kondisi tersebut berpengaruh pada penyelenggaraan kegiatan hari besar keagamaan, termasuk Maulid Nabi Muhammad SAW.

Ditambah lagi tidak adanya figur yang bisa menggelorakan perayaan hari besar agama Islam di Pematang Siantar, termasuk dari Pemko Pematang Siantar.

"Lain halnya dengan masa kepemimpinan Wali Kota Hulman dulu, yang selalu aktif dalam penyelenggaraan acara besar. Saya dulu salut melihat Pak Hulman sewaktu menjadi wali kota. Sebulan sebelum acara, Pak Hulman sudah sibuk menghubungi kami dan meminta membuat acara yang besar," jelasnya.

Penyelenggaraan acara besar seperti Maulid Nabi Muhammad SAW sangat berguna untuk mempererat silaturahmi dan persatuan antar individu serta organisasi karena melibatkan berbagai elemen masyarakat, imbuh Natsir Armaya Siregar.

Sementara itu, seorang pemuka agama Islam, Jalal, menilai, selain masalah anggaran yang dipengaruhi dampak Pandemi COVID-19, perkembangan teknologi turut menjadi faktor berkurangnya perayaan hari besar Islam.

"Sekarang jumlah remaja di masjid yang bersemangat untuk mengadakan acara perayaan hari besar Islam semakin sedikit. Mereka lebih tertarik pada perangkat handphone," ungkapnya kepada PARBOABOA.

Sebagian besar masyarakat saat ini, lanjut Jalal, lebih suka mendengarkan tausiah atau ceramah melalui telepon seluler mereka. Kondisi tersebut, membuat masyarakat kurang tertarik mendengarkan pencerahan langsung dari tokoh-tokoh agama saat perayaan hari-hari besar.

"Jika ada acara Maulid Nabi Muhammad SAW, mungkin yang hadir tidak seramai dulu lagi, karena orang sekarang lebih suka fokus pada penggunaan handphone," tambah Jalal.

Editor: Kurniati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS