Menkes Budi Minta Operasi Pasien Gempa Cianjur bisa Dipercepat dalam 3 hari selesai

Menkes Budi Minta Operasi Pasien Gempa Cianjur bisa Dipercepat dalam 3 hari selesai (Foto: Liputan6)

PARBOABOA, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) Budi Gunadi Sadikin meminta supaya pasien Gempa Cianjur yang membutuhkan tindakan bedah bisa dipercepat. Hal itu dikarenakan kondisi kurangnya ruangan operasi di beberapa rumah sakit di sekitar lokasi terdampak gempa.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 23 November 2022, ketersediaan ruang operasi di setiap rumah sakit di Cianjur, di antaranya RS Bhayangkara ada 1 kamar operasi dan RSUD Sayang ada 8 ruang operasi.

Ruang operasi di RSUD Sayang tersebut bisa digunakan semua, tetapi perlu sedikit perbaikan. Kemudian di RS Dr. Hafiz terdapat 2 ruang opersi dan RSUD Cimacan ada 4 ruang operasi yang juga bisa digunakan.

“Sekarang yang kurang adalah kamar operasinya. Karena ini (pasien) kan mesti dioperasi. Saya minta, tolong deh dioperasinya cepat, bisa gitu 3 hari selesai,” kata Budi Gunadi usai meninjau pasien terdampak Gempa Cianjur di RSUD Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Rabu, (23/11/2022).

Mempercepat operasi pasien Gempa Cianjur yang rata-rata cedera kepala dan patah tulang, hal itu karena melihat kebutuhan jumlah ruang operasi dan target jumlah pasien yang akan dilakukan proses pembedahan.

“Jadi, sebenarnya sudah cukup ada 15 ruang operasi. Kalau masing-masing ruang operasi menargetkan 10 kali tindakan. Artinya, dalam sehari bisa ada 150 orang yang dioperasi,” terang Budi Gunadi.

“Dengan demikian, 334 pasien korban Gempa Cianjur bisa selesai dalam 3 hari sampai 4 hari.”

Obat-obatan dan Alat Operasi Tersedia

Dari segi kebutuhan logistik penanganan pasien Gempa Cianjur, baik obat-obatan maupun alat operasi sudah memadai. Penambahan logistik itu sudah dikirimkan Kemenkes ke masing-masing rumah sakit.

“Nah, kebetulan kan semua logistik sudah berjalan. Jadi, semua obat-obatan, alat-alat operasi yang dibutuhkan sudah tersedia. Kalau kami di Kemenkes ya fokusnya kepada orang yang sakitnya, biar (mereka) cepat sehat,” kata Budi Gunadi Sadikin.

Upaya menanggapi penanganan Gempa Cianjur, Kemenkes memobilisasi logistik kesehatan seperti tenda rangka ukuran 6x12 meter, velbt, kit operasional Health Emergency Operasi Center (HEOC), obat-obatan, masker biasa dan masker anak.

Kemudian pengiriman Alat Pelindung Diri (APD) oksigen konsentraktor, antigen kit, emergency kit, handscoon, body bag, pampers dewasa dan anak, paket kesehatan lingkungan (kesling), dan family kit.

Kemenkes juga telah memobilisasi sejumlah tenaga kesehatan, antara lain dari bidang kedokteran dan tenaga kesehatan (Biddokes) 22 tenaga kesehatan dan 1 ambulans. Selanjutnya dari Kantor Kesehatan Pelabuhan 26 tenaga kesehatan dan 3 ambulans.

RSUP Hasan Sadikin Bandung siap mengirimkan tim dan menyiapkan ruang Unit Gawat Darurat (UGD) untuk melayani pasien dari cianjur, lalu dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ada 3 dokter spesialis bedah, 1 tim medis dan 1 ambulans.

Selanjutnya, dari Perhimpunan Ahli Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI) 3 dokter spesialis bedah ortopedi dan 5 petugas Public Safety Center (PCS) 119.

Banyak Jumlah Pasien Harus Dirujuk

Keterbatasan ruang rawat dan operasi di RSUD Sayang Cianjur, di mana sebagian besar jumlah korban mengalami luka-luka sehingga banyak pasien harus dirujuk ke sejumlah rumah sakit di Jawa Barat.

Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Setiawan Wangsaatmaja menerangkan, fokus penanganan korban bencana gempa Cianjur saat ini diberikan kepada korban luka berat dan luka ringar supaya tidak terjadi kondisi yang buruk dan mengancam jiwa.

Hal itu disampaikan Setiawan saat rapat virtual bersama penanggungjawab rumah sakit di Kota Bandung, dan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat Nina Susana Dewi pada Rabu, (23/11/2022).

Kemudian Setiawan berterima kasih kepada pihak rumah sakit yang langsung turun tangan membantu korban bencana gempa Cianjur. Perawatan pasien yang membutuhkan beda bisa segera ditangani.

Terkait dalam pembiayaan, Setiawan menjelaskan seluruh biaya perawatan pasien bencana gempa akan ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pihak keluarga dan kerabat korban gempa diharapkan tidak khawatir soal pembiayaan rumah sakit.

“Terima kasih sudah langsung ditangani tanpa menanyakan biaya ke pasien. Kami Pemprov Jabar akan menanggung semua biaya. Nanti laporkan langsung ke Dinkes Jabar untuk diselesaikan,” ujarnya.

Bukan hanya perawatan di rumah sakit, Setiawan juga berharap tidak ada pungutan (pembiayaan) di tunjukkan kepada korban seperti biaya ambulan dan lainnya.

Butuh Tindakan Operasi Segera

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Irvan Nur Fauzi menerangkan, sekitar 140 orang pasien telah dikirim ke rumah sakit di luar wilayah Cianjur terutama yang memerlukan tindakan operasi Sesegera mungkin.

Kendala di sini adalah kurangnya ruang operasi, terutama ortopedi. Kami juga memerlukan tenaga ahli dan peralatan ortopedi agar operasi bisa dilaksanakan sebanyak mungkin dan secepatnya,” tuturnya.

Perwakilan RSUD R Syamsudin Sukabumi, Yanyan Rusyandi menjelaskan, bahawa pihaknya telah menerima pasien sebanyak 74 orang,  yang mana sebagian besar memerlukan tidakan operasi segera.

“12 orang sudah operasi, hari ini 9 orang sedang menjalani operasi,” ungkapnya.

Kemudian di RS Hasan Sadikin Bandung juga telah menerima rujukan korban gempa Cianjur sebanyak 85 orang. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama RSHS Supriyatna mengatakah, suda 25 pasien yang selesai menjalani operasi.

RSHS juga menyiapkan ruangan khusus yang akan menampung korban bencana Cianjur. Penjagaan kepada korban gempa ini perlu dilakukan selama 24 jam.

“Kami berjaga 24 jam,” kata Ahmad.

Selain menerima pasien dari Cianjur, seluruh rumah sakit juga mengirimkan tim tenaga kesehatan langsung ke lokasi bencana alam, dengan menggunakan ambulans, tim akan bergerak cepat melakukan uji cepat apakah pasien harus dibawah ke ruang operasi atau cukup ditangani di lokasi (posko).

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS