Minimnya Minat Generasi Muda Pematang Siantar Kunjungi Museum Simalungun

Minimnya minat generasi muda mempelajari warisan budaya dan sejarah di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara tercermin dari jarangnya mereka mengungjungi Museum Simalungun di Jalan Jenderal Sudirman Proklamasi, Siantar Barat. (Foto: PARBOABOA/Juli Sitompul)

PARBOABOA, Pematang Siantar – Minat generasi muda mempelajari warisan budaya dan sejarah di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara masih rendah.

Hal itu tercermin dari kurangnya minat generasi muda untuk mengunjungi museum di kota itu.

Salah satunya di Museum Simalungun yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar.

Bahkan, pada Sabtu (30/9/2023) kemarin, tercatat hanya 4 orang yang mengunjungi Museum Simalungun.

Salah satu pengunjung yang merupakan siswa di SMA Teladan Pematang Siantar, Devi Manurung (14) mengaku ia dan temannya mengunjungi Museum Simalungun karena ada tugas kelompok dari guru mereka.

"Kami berempat satu kelompok dan ditugaskan untuk membuat laporan tentang semua yang ada di museum ini, serta latar belakang patung-patung di sini," katanya kepada PARBOABOA.

Meskipun kunjungannya tidak dimotivasi minat pribadi untuk mempelajari sejarah dan budaya Raja Batak di Simalungun, Devi mengaku terkesan dengan berbagai kebudayaan yang ia temukan di Museum Simalungun.

"Ada banyak benda bersejarah di sini, mulai dari mata uang, peralatan memasak, pakaian adat, peralatan tempur dan banyak lagi," tambahnya.

Di Museum Simalungun bisa ditemukan barang peninggalan raja-raja dalam keadaan asli dan terawat. Seperti peninggalan dari AH. Doornik, Tuan Maja Purba, Tuan Mogang Purba, Jaudin Saragih serta dua individu Belanda, Tuan RH. Volbeda yang merupakan Administrator Perkebunan Horas dan seorang ahli bahasa, Dr. P. Voorhoeve Taalambtenaar.

Salah seorang penjaga museum yang juga pemandu di Museum Simalungun, Lili Purba (42), menjelaskan museum ini pertama kali didirikan pada tanggal 10 April 1939 dan diresmikan pada 30 April 1940.

Sejak itu, kata dia, museum ini hanya mengalami satu kali renovasi, yaitu pada tahun 1969.

Museum Simalungun juga buka mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.

"Dengan membayar Rp5 ribu per orang, pengunjung dapat menjelajahi dan mempelajari barang-barang bersejarah serta cerita perjuangan Raja Batak Simalungun dalam mempertahankan haknya. Semuanya dipandu oleh penjaga museum yang ramah," ungkap Lili kepada PARBOABOA.

Adapun koleksi di Museum Simalungun sebanyak 900 benda, termasuk koleksi etnografika seperti peralatan rumah tangga, peralatan perajin tenun, alat musik hingga alat pertanian yang biasa digunakan oleh masyarakat Pematang Siantar dan Simalungun di zaman dahulu.

Penjaga Museum Simalungun lain, Damanik (45) mengaku tingkat kunjungan bervariasi. Di akhir pekan, kata dia, museum biasanya lebih ramai dari biasa, terutama dikunjungi oleh generasi yang lebih tua.

"Biasanya pengunjung yang datang lebih banyak adalah orang tua, terutama pada hari Jumat dan Sabtu. Sayangnya, kunjungan dari generasi muda agak minim," tambahnya.

Damanik berharap pemuda di Pematang Siantar bisa lebih mencintai dan menghargai budaya mereka sendiri.

Ia juga percaya dengan pemahaman dan cinta terhadap akar budaya mereka.

"Generasi muda dapat memainkan peran penting dalam menjaga dan menghidupkan kembali warisan nenek moyang mereka," imbuh Damanik.

Editor: Kurniati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS