Waspada, Mutasi Varian Ini Ancam Kenaikan COVID-19 Pasca Natal dan Tahun Baru 2024

Peningkatan kasus COVID-19 mulai terjadi di sejumlah negara Asia Tenggara seperti Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. (Sumber foto: Pexels)

PARBOABOA, Jakarta - Kasus Covid-19 pasca Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023-2024 dikhawatirkan naik signifikan. 

Sejumlah negara sudah melaporkan kenaikan kasus Covid-19. Negara sahabat, salah satunya seperti Singapura juga mengalami kenaikan hingga 32.035 kasus sejak 26 November hingga 2 Desember.

Jumlah tersebut diketahui lebih tinggi ketimbang pekan lalu sebesar 22.094 kasus. Kenaikan itu disebut disebabkan oleh Covid-19 Subvarian Omicron JN.1, sebagai sublineage dari subvarian Omicron BA.2.86 yang mendominasi dari seluruh kasus Covid-19 di Singapura.

Begitupun di Indonesia, JN.1 menjadi salah satu subvarian Covid-19 yang memicu lonjakan.

Epidemiolog sekaligus Researcher Global Health Security Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut bahwa JN1 memiliki mutasi yang sangat efektif dalam spike proteinnya.

“Sehingga lebih mudah mengingfeksi melekat termasuk di reseptor binding yang membuat dia lebih mudah nempel di sel dan menginfeksi,” papar Dicky kepada PARBOABOA, Selasa (12/12/2023).

Lebih dari itu, Dicky mengkhawatirkan bahwa subvarian ini semakin menyebar dan tidak dapat dicegah khususnya pada aktivitas menjelang masa akhir tahun.

Penyebaran itu tidak dapat dicegah jika masyarakat enggan melakukan vaksinasi, memakai masker dan tidak menjaga kebersihan.

“Tentunya kehadiran JN.1 ini juga dikombinasi dengan menjelang masa akhir tahun ini yang dipenuhi dengan aktivitas,” sambung Dicky.

Di negara maju saat ini kata Dicky, kematian akibat COVID-19 dalam beberapa bulan terakhir sudah mencapai 1.000 jiwa.

Tentunya kondisi itu bukan suatu hal yang tidak mungkin terjadi di Indonesia. Apalagi menurutnya masyarakat kita kerap ker rumah sakit dengan layanan kesehatan yang masih rendah. Bahkan banyak yang memilih untuk mengobati sendiri.

"Sehingga ini yang harus diwaspadai, ini bukan fenomena yang bisa kita abaikan,” tegasnya.

Apalagi kata dia ancaman kesehatan manusia di dunia tidak hanya dari COVID-19, melainkan infeksi saluran nafas lain terutama mikroplasma, influenza (flu), hingga virus pernapasan syncytial (RSV).

Kondisi itu juga diperburuk dengan beragam kasus penyakit kardiovaskular sehingga menurunkan kualitas kesehatan.

“Sekali lagi pencegahan menjadi sangat penting untuk menghindari kasus-kasus infeksi seperti ini dengan cara tentu saja vaksinasi,” tuturnya.

Kemenkes Tidak Akui JN. 1

Dihubungi terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi menekankan pihaknya justru lebih perhatian pada subvarian  EG.5 dan XBB 1.5. Apalagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui dua subvarian tersebut sebagai penyebab kenaikan jumlah terkonfirmasi Covid-19 di dunia.

"Aku nggak paham kalau JN.1 ya yang pasti di kita EG.5 dan XBB 1.5 yang saat ini menyebabkan peningkatan kasus,” papar Nadia saat dihubungi PARBOABOA, Selasa (12/12/2023).

Ia menuturkan, JN.1 justru belum terdeteksi masuk ke Indonesia, dan juga tidak diakui WHO sebagai subvarian yang harus diwaspadai. Meski begitu, Nadia menekankan pihaknya tidak abai dengan segala potensi kenaikan Covid-19 yang ada saat ini.

Kemenkes sebelumnya sudah mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Kewaspadaan Terhadap Lonjakan COVID-19 bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri.

SE tersebut berlaku untuk pelaku perjalanan luar negeri mempunyai risiko tertular COVID-19 dari berbagai negara. Dalam hal ini dipastikan semua orang harus memiliki kekebalan yang cukup dalam melakukan perjalanan agar tidak tertular.

”Sehingga sangat direkomendasikan untuk segera melengkapi vaksinasi COVID-19 baik dosis primer maupun booster sesuai ketentuan,” ujar Nadia.

Lebih rinci, Kemenkes meminta agar yang batuk flu segera lakukan tes COVID-19. Bila hasilnya positif, lakukan isolasi mandiri dan akses telemedisin setelah mendapatkan notifikasi dari Kemenkes.

Selain itu, masyarakat diminta untuk menggunakan masker saat sakit flu atau saat berada di kerumunan atau tempat umum yang berisiko. Diikuti mencuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir, melengkapi vaksinasi sampai booster kedua. Selanjutnya, menunda melakukan perjalanan ke daerah yang melaporkan lonjakan kasus COVID-19.

Editor: Aprilia Rahapit
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS