Nasib Penyandang Disabilitas di Pematang Siantar: Minim Bantuan dan Perhatian Pemerintah

Poloria salah satu penyandang disabilitas di Pematang Siantar meminta Pemko agar lebih memperhatikan masyarakatnya yang memiliki keterbatasan fisik. Senin (3/7/2023) (Foto : PARBOABOA/Halima)

PARBOABOA, Pematang Siantar – Penyandang disabilitas di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara minim bantuan pemerintah.

Seperti yang dialami Poloria (56), salah seorang penyandang disabilitas di Kota Pematang Siantar yang mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.

Warga Kelurahan Pardomuan, Kecamatan Siantar Timur yang memiliki keterbatasan fisik yaitu ukuran kaki yang kecil dibandingkan tubuhnya ini mengaku sangat memerlukan bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) atau Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Apalagi jika dilihat kesehariannya, Poloria masuk dalam kategori orang yang tidak mampu.

“Saya tidak pernah dapat bantuan pangan maupun tunai dari pemerintah. Saya tidak didata oleh pengurus di lingkungan sini. Saya juga mau dapat bantuan seperti tetangga saya yang lainnya,” katanya kepada PARBOABOA Senin (3/7/2023).

Poloria yang sehari-harinya berjualan tisu dan koran di sekitaran lampu merah Jalan Ahmad Yani Pematang Siantar ini juga mengaku tidak pernah menerima apapun, dan tidak ada perhatian sedikitpun dari lurah dan RT terkait keterbatasan yang ia miliki.

“Tidak ada perhatiannya, bahkan ada beberapa warga di sini yang mengira saya minta-minta di pinggiran lampu merah. Saya sedih, tapi saya coba tidak pedulikan ucapan itu karena kenyataannya saya berjualan koran dan tisu di situ,” ucapnya.

Poloria mengungkapkan ia berjualan koran dan tisu setiap harinya untuk menghidupi dirinya sendiri. 

“Saya tiap hari jualan, kalau saya tidak jualan. Mau makan apa saya? Bahkan pemerintah pun tidak mau membantu saya,” ungkapnya.

Poloria mengaku ia biasa mendapat sekitar Rp50 ribu setiap harinya. Namun tak jarang pula ia pulang dengan tangan kosong.

Meski begitu, ia mengaku tak pernah kecewa dengan takdir yang telah Tuhan berikan kepadanya.

“Saya tidak pernah minder ataupun berputus asa. Karena semua sudah takdir dari Tuhan, dan tidak ada gunanya putus asa juga. Karena di dunia ini sudah tuhan yang ngatur,” ungkapnya.

Poloria beranggapan segala keterbatasan yang ia miliki justru menjadi kekuatannya. Terbukti meski kerap merasakan sakit di kakinya, ia tetap bisa bertahan dan bekerja.

Ia malah menyebut tidak bisa berleha-leha karena tidak ada yang menafkahi dirinya.

Namun, seiring berjalannya waktu, Poloria juga merasa dirinya semakin tua dan lemah. Kakinya yang semula masih bisa digunakan untuk jalan kini sering merasa sakit.

Bahkan ia sangat membutuhkan alat bantu seperti tongkat untuk membantu menopang tubuhnya.

“Jujur, sekarang ini kaki saya sering sakit dan tidak kuat lagi untuk dipakai jalan lama. Bahkan saya sering tidak jualan karena sering sakit,” katanya.

Poloria juga merasa ada kecurangan dari pengurus di daerah Kecamatan Siantar Timur, karena ada beberapa masyarakat yang cukup mampu malah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.

"Sementara masyarakat seperti saya tidak didata untuk mendapatkan bantuan sosial tersebut. Bahkan dirinya termasuk masyarakat yang sangat kurang mampu dan memiliki keterbatasan fisik," imbuh dia.

PPDI Pematang Siantar Akui Bantuan Pemerintah Minim ke Penyandang Disabilitas

Sementara itu, Wakil Sekretaris Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Pematang Siantar, Iring Sitinjak mengklaim seluruh penyandang disabilitas tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari Pemerintah kota setempat.

Bahkan mereka telah mengajukan permohonan bantuan ke seluruh OPD yang bersangkutan, namun tidak juga direspons sama sekali.

“Kita tidak pernah dapat bantuan apapun dari pemko. Bahkan tahun lalu kita sudah ngajuin permohonan bantuan ke beberapa OPD, namun tidak ada respons apapun hingga sekarang,” jelasnya.

Hingga saat ini PPDI Pematang Siantar beranggotakan 71 orang dengan berbagai bentuk keterbatasan fisik.

Ada yang mengalaminya dari usia yang sangat muda dan ada juga dari kecelakaan.

“Kita bergabung untuk saling menguatkan satu sama lain, dan juga kita berkumpul untuk saling membantu. Jadi jika ada donatur yang ingin membantu, kami bisa langsung mengajukan siapa aja yang lebih membutuhkan. Jadi lebih memudahkan para donatur untuk mencari masyarakat disabilitas,” tuturnya.

Iring Sitinjak mengaku selama ini ada beberapa donatur yang membantu mereka, namun tidak pernah ada dari pemerintah.

"Semua dari pengusaha swasta," pungkas dia.

PARBOABOA berusaha menghubungi Kepala Bidang Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Dinsos Pematang Siantar, Risbon Sinaga. Namun hingga berita ini dipublikasikan, tidak ada jawaban dari yang bersangkutan.

Editor: Kurnia
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS