Ngaben Adalah Upacara Pembakaran Mayat di Bali, Ini Sejarah, Jenis dan Tahapannya

Ilustrasi upacara adat Ngaben di Bali (Foto: Parboaboa/Ratni)

PARBOABOA - Upacara Ngaben adalah salah satu keragaman budaya Indonesia yang berasal dari daerah Bali.

Mengutip dari buku Terdekat & Terasing yang Terselip di Belantara Ingatan oleh Susan Jaya Witama, dkk (2022), Ngaben adalah upacara pembakaran mayat umat Hindu di Bali.

Ngaben merupakan ritual yang dilaksanakan untuk mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya.

Dalam keyakinan Hindu, manusia terdiri dari badan halus (roh atau atma) dan badan kasar (fisik).

Ketika seseorang meninggal, hanya badan kasarnya yang mati sementara rohnya tetap hidup.

Oleh karena itu, upacara Ngaben dilakukan untuk memisahkan roh dari badan dan membersihkannya.

Upacara ini juga dikenal sebagai Pitra Yadyna atau Palebon.

Bagi umat Hindu, Ngaben adalah upacara adat dari daerah Bali yang mana termasuk ritual penting, karena membantu roh yang telah meninggal untuk mencapai surga dan menunggu reinkarnasi.

Untuk memahami arti Ngaben, asal-usulnya, dan tata cara pelaksanaannya, simak informasinya berikut ini.

Apa Itu Ngaben?

Ilustrasi upacara adat pembakaran mayat di Bali (Foto: Parboaboa/Ratni)

Melansir buku Mengenal Lebih Jauh Ngaben: Tradisi Pembakaran Jenazah di Bali oleh Pusat Data dan Analisa Tempo (2020), ngaben adalah upacara adat di daerah Bali yang menjadi cerminan semangat pembaruan yang meringankan beban warga dan membaurkan sekat-sekat klan.

Ngaben merupakan istilah yang berasal dari kata "beya," yang artinya bekal atau jenis upacara yang diperlukan dalam ngaben.

Dalam bahasa Indonesia, "beya" berubah menjadi "biaya" atau "prabeya" dalam bahasa Bali.

Orang yang bertanggung jawab menyelenggarakan upacara ini disebut "meyanin."

Kata "Ngaben" atau "meyanin" telah menjadi bahasa baku untuk merujuk pada upacara "sawa wedhana," yaitu pelayanan jenazah bagi yang telah meninggal.

Dalam bahasa Bali yang lebih halus, Ngaben disebut "Palebon", berasal dari kata "lebu" yang berarti tanah.

Oleh karena itu, Palebon dapat diartikan sebagai proses mengubah menjadi abu.

Terdapat dua metode pelaksanaan Ngaben, yakni dengan membakar atau menanamkan sisa-sisa jenazah ke dalam tanah, namun cara membakar dianggap sebagai cara yang lebih cepat.

Meskipun hanya upacara kematian, Ngaben dirayakan dengan semangat positif dan dianggap sebagai momen perpindahan roh ke dunia yang lebih baik.

Sejarah Upacara Ngaben

Melansir buku Bali: Bali dan Sekitarnya oleh Dayat Suryana (2012), Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia.

Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenazah kepada kehidupan mendatang.

Sejarah Ngaben sebagai upacara kematian dalam budaya Hindu Bali memiliki akar yang dalam dan bercabang ke dalam aspek keagamaan, sosial, dan budaya.

Meskipun tidak ada catatan tertulis yang jelas mengenai asal-usul pastinya, Ngaben telah menjadi bagian penting dari budaya Bali selama berabad-abad.

Ngaben adalah upacara adat pembakaran mayat di Bali yang sampai saat ini menjadi upacara sakral suku Bali.

Berikut adalah gambaran umum mengenai sejarah Ngaben:

1. Asal Mula Kepercayaan Hindu di Bali

Kepercayaan Hindu di Bali berasal dari migrasi agama Hindu dari India pada awal pertama Masehi.

Namun, agama Hindu di Bali berkembang secara unik, menggabungkan unsur-unsur lokal dengan ajaran Hindu.

Praktik-praktik ini termasuk dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk upacara kematian.

2. Pengaruh Agama Hindu dan Konsep Reinkarnasi

Konsep reinkarnasi dalam agama Hindu mengajarkan bahwa roh manusia akan menjalani siklus kelahiran dan kematian yang tak berujung hingga mencapai pembebasan (moksha).

Oleh karena itu, upacara kematian seperti Ngaben dipandang sebagai proses penting dalam membantu roh melalui perpindahan ini.

3. Pengembangan Upacara Kematian Ngaben

Ngaben berkembang dalam budaya Bali sebagai bentuk penghormatan dan perayaan atas kehidupan seseorang yang telah meninggal.

Meskipun terdapat perbedaan dalam bentuk dan pelaksanaan Ngaben di berbagai wilayah Bali, upacara ini secara umum dianggap sebagai cara untuk membebaskan roh dari ikatan dunia fana.

4. Pengaruh Budaya Lokal

Meskipun Ngaben memiliki akar Hindu yang kuat, elemen budaya lokal juga memainkan peran penting dalam pengembangan upacara ini.

Prosesi dengan musik dan tarian, serta penggunaan barang-barang tradisional Bali dalam upacara, mencerminkan penggabungan antara ajaran Hindu dan budaya Bali yang unik.

Sebagai bagian penting dari budaya Bali, Ngaben terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Meskipun mungkin terdapat variasi dalam pelaksanaan dan interpretasi, upacara ini tetap menjadi momen penting untuk menghormati orang yang telah meninggal dan membantu roh mereka dalam perjalanan mereka ke dunia rohaniah.

Jenis-jenis Upacara Ngaben

Upacara Ngaben adalah upacara yang dapat dibedakan berdasarkan usia orang yang meninggal dan situasi kematian.

Perbedaan ini mempengaruhi tata cara pelaksanaan Upacara Ngaben.

Dilansir dari buku Upacara Perang Topat Menurut Hindu oleh I Made Ardika Yasa (2021), terdapat lima jenis upacara Ngaben yang umum dilakukan oleh masyarakat Hindu di Bali, di antaranya:

1. Sawa Wedana

Sawa wedana adalah pembakaran yang secara langsung di mana mayat langsung dibawa ke kuburan (setra) untuk dibakar.

2. Asti Wedana

Asti wedana adalah upacara yang dilakukan setelah selesai upacara pembakaran mayat, kemudian tulang-tulang yang telah menjadi abu di hanyutkan ke laut atau ke sebuha sungai yang bermuara ke laut.

3. Swasta Wedana

Swasta wedana adalah upacara pembakaran atas mayat yang tidak lagi dapat ditemukan, sehingga mayat tersebut dapat diwujudkan dengan kuasa (lalangan), air, dan lainya.

4. Ngelungah

Ngelungah adalah upacara pembakaran mayat yang masih kanak-kanak atau yang belum tumbuh gigi.

5. Atma Wedana

Atma wedana adalah upacara pengembalian atma dari alam Pitara ke alam Hyang Widhi.

Upacara ini disebut juga dengan upacara Nyekah, yang bertujuan untuk meningkatkan kesucian dan kesempurnaan atma orang yang meninggal agar dapat kembali ke asalnya.

Tahapan Upacara Ngaben

Ilustrasi tahapan Ngeseng Sawa sebagai puncak upacara dengan membakar jenazah di setra atau kuburan (Foto: Parboaboa/Ratni)

Proses panjang Upacara Ngaben melibatkan beberapa tahapan penting berikut ini:

1. Ngulapin

Ritual izin dan restu kepada Dewi Durga di Pura Dalem, sebagai pelindung roh yang meninggal.

2. Meseh Lawang

Melibatkan Meseh Lawang di Catus Pata atau di bibir kuburan, sebagai simbol pemulihan pada jenazah.

3. Mesiram atau Mabersih

Mandi jenazah yang telah dikubur sebagai bagian dari upacara pembersihan fisik dan spiritual.

4. Ngaskara

Ritual penyucian jiwa awal untuk membersihkan dosa dan beban negatif jenazah.

5. Nerpana

Persembahan sesajen atau bebanten kepada jiwa yang berpulang.

6. Ngeseng Sawa

Puncak upacara dengan pembakaran jenazah di setra atau kuburan.

7. Nuduk Galih

Mengumpulkan sisa-sisa tulang (abu) jenazah setelah pembakaran.

8. Nganyut

Menghanyutkan abu jenazah ke laut sebagai simbol pengembalian unsur air.

Upacara Ngaben atau Palebon dalam bahasa Bali, merujuk pada proses mengubah menjadi abu.

Dengan dua metode pelaksanaan, yakni pembakaran dan penanaman sisa-sisa jenazah ke dalam tanah, Ngaben menjadi momen perpisahan terakhir dengan jenazah secara fisik.

Upacara Ngaben adalah upacara adat yang berasal dari Bali yang mencerminkan hubungan manusia dengan alam semesta dan peringatan bahwa kematian adalah bagian alami dari kehidupan.

Dalam upacara ini, kita menemukan perpaduan harmonis antara keyakinan agama Hindu, nilai-nilai sosial, dan warisan budaya yang terus mekar dalam setiap aspeknya.

Melalui Ngaben, umat Hindu di Bali mengajarkan kepada kita tentang arti penting penghormatan terhadap masa lalu, kebersamaan dalam menghadapi perubahan, serta pentingnya menjaga identitas dan warisan budaya.

Semoga upacara Ngaben tetap berlanjut sebagai pijakan kuat bagi generasi mendatang untuk memahami dan menghargai kearifan lokal yang berakar dalam kejayaan spiritual dan kehidupan bersama.

Editor: Ratni Dewi Sawitri
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS