Petani Menjual Gabah ke Agen demi Utang

Petani padi di Kota Pematang Siantar memilih menjual gabah hasil panennya ke agen dibanding perusahaan Badan Urusan Logistik (Bulog), karena nilainya lebih tinggi dan ada beberapa yang terikat utang. (Foto: PARBOABOA/Krisna)

PARBOABOA, Pematang Siantar - Petani padi di Kota Pematang Siantar memilih menjual gabah hasil panennya ke agen dibanding perusahaan Badan Urusan Logistik (Bulog), karena nilainya lebih tinggi dan ada beberapa yang terikat utang.

Salah satu petani di Mekar Nauli, Kecamatan Siantar Selatan Kota Pematang Siantar, Sabungan Tampubolon mengatakan, petani tidak pernah menjual hasil panen ke Bulog karena harus dikeringkan dahulu, sedangkan dari sisi harga lebih tinggi jika ke agen.

Dia menyebut, harga jual gabah kering panen (GKP) atau basah ke agen itu langsung diangkut dari sawah sebesar Rp5.000 perkilogram (kg), sementara ke Bulog hanya Rp4.550, hal ini sesuai kebijakan Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalui SE No. 47/TS.03.03/K/02/2023 tentang harga batas atas atau Harga Eceran Tertinggi (HET) Gabah Kering Panen (GKP) tingkat petani.

“Jadi, lebih baik petani menjual kepada agen daripada kepada Bulog,” katanya, Rabu (08/03/2023).

Tampubolon menjelaskan, saat masuk masa panen, petani hanya mampu memperoleh 5-6 ton gabah dari luasan perhektare.

“Kalaupun harga beras naik, kita para petani tidak pernah menikmatinya karena harga gabah belum sesuai dengan pengeluaran petani mulai masa tanam sampai panen, dan meminta juga agar petani menjadi perhatian pemerintah,” ucapnya.

Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pematang Siantar, Hotman Sibuea saat dikonfirmasi membenarkan jika petani tidak pernah menjual padi hasil panen ke Bulog karena ada standar kualitas mutu yang harus diikuti, mulai dari kadar air, kemurnian dan sebagainya.

Di samping itu, lanjutnya, petani juga tidak punya tempat untuk penjemuran, serta untuk mengeringkan gabah butuh waktu lebih lama dan tenaga kerja besar.

“Wajar petani tidak mau menjual kepada Bulog, dan Bulog juga tidak pernah membeli gabah dari petani di Pematang Siantar, karena produksi gabahnya sangat sedikit. Apalagi lahan sawah di kota ini  hanya sekitar 1.300 hektare,”katanya.

Hotman menjelaskan juga, banyak petani bersedia menjual gabah ke agen karena terikat utang. Dicontohkannya, ada yang meminjam uang di muka untuk membeli obat-obatan maupun pupuk tanaman.

“Kalau tiba musim panen apalagi panen raya, harga gabah pada tingkat agen pasti turun. Kalau gabah disimpan dan setelah tidak ada lagi panen, baru dijual dan harganya pasti naik. Tapi, bagaimana lah, petani sendiri harus membayar utang kepada agen dengan menjual padinya,” jelasnya.

Editor: RW
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS