PARBOABOA, Simalungun - Peternak babi di Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara mengaku belum menerima arahan dan pemberitahuan dari Dinas Pertanian terkait penyebaran virus Flu Babi Afrika yang marak terjadi di Indonesia.
"Saya juga baru tahu bahwa ada virus tersebut, pemerintah terakhir datang itu kira-kira tiga tahun yang lalu, sampai saat ini tidak pernah datang lagi," kata Elmi, salah seorang peternak babi di wilayah Tiga Balata Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun, kepada Parboaboa melalui aplikasi perpesanan, Senin (15/05/2023).
Elmi menjelaskan, ternak babinya tidak pernah terdampak virus tersebut. Bahkan saat virus tersebut sedang marak-maraknya beberapa tahun lalu dan mengakibatkan puluhan ribu ternak babi di Indonesia mati.
"Sekarang ada 400 ekor Babi yang saya pelihara dan sampai sekarang belum pernah terdampak," katanya.
Baru-baru ini terdeteksi virus African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika di Pulau Bulan, Batam. Virus yang menyerang hewan ternak babi itu diduga muncul di Indonesia setelah Singapura menghentikan impor babi asal Pulau Bulan, Batam sejak 23 April 2023. Larangan impor tersebut buntut temuan Badan Pangan Singapura/Singapore Food Agency (SFA) terhadap virus Flu Babi Afrika pada sejumlah babi asal Batam.
Sementara itu, Kepala Bidang Peternakan di Dinas Pertanian Simalungun, Resna Siboro mengatakan jajarannya akan segera melakukan pengawasan dengan memeriksa kandang serta ternak milik masyarakat.
"Sampai saat ini kasus ASF belum ada di Simalungun, Tapi akan kita monitoring secepatnya," ucapnya kepada Parboaboa, Senin (15/05/2023).
Resna juga akan memperketat biosecurity di Simalungun dengan memperhatikan seluruh unsur yang bisa menjadi penyebab penularan virus tersebut.
"Biosecurity di Kabupaten Simalungun pada lalu lintas ternak babi harus diperketat, tapi karena kita tidak ada pos di setiap perbatasan biosecurity hanya sebatas di kandang peternak saja. Karena kita juga tidak bisa sembarangan masuk ke kandang, dikhawatirkan bisa sebagai vektor juga," imbuh dia.