PARBOABOA, Pematangsiantar - Ribuan tentara dan pejuang Ukraina yang menyerahkan diri kepada tentara Rusia dari pabrik baja Azovstal, Kota Mariupol, terancam hukuman mati.
Dilansir AFP, Selasa (31/5/2022), para pejuang Ukraina yang telah menyerah itu bakal diadili sebelum dipertimbangkan untuk dilakukan pertukaran tahanan.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kehakiman wilayah Republik Rakyat Donetsk, Ukraina bagian timur, Yuri Sirovatko.
Republik Rakyat Donetsk (DNR), yang dikuasai separatis pro-Moskow, diketahui telah menyatakan kemerdekaan mereka.
"Pengadilan akan mengambil keputusan terkait nasib mereka," tegas Sirovatko dalam pernyataan seperti dikutip kantor berita Rusia, RIA Novosti.
"Untuk kejahatan semacam itu, kita memiliki bentuk hukuman tertinggi di DNR -- hukuman mati," sebutnya. "Semua tahanan perang ada di wilayah DNR," imbuh Sirovatko.
Ia mengatakan, ada sekitar 2.300 pejuang Ukraina dari Azovstal di antara para tahanan perang itu.
Ribuan pejuang Ukraina yang bertahan di pabrik baja Azovstal di kota pelabuhan strategis Mariupol, itu sebelumnya diminta pemerintah untuk menyerahkan diri kepada tentara Rusia.
Hal itu dilakukan mengingat wilayah tersebut sudah sangat terdesak dan pemerintah Ukraina khawatir akan keselamatan mereka. Meski awalnya para pejuang itu menentang keputusan pemerintah tersebut.
Kyiv menyampaikan keinginannya untuk melakukan pertukaran tahanan dengan Moskow, yang melibatkan para tentara dan pejuang Ukraina.
Namun Rusia mengindikasikan keinginan agar tentara dan pejuang Ukraina itu diadili terlebih dulu.
Di antara para pejuang Ukraina yang menyerahkan diri terdapat anggota resimen Azov, bekas unit paramiliter yang terintegrasi ke dalam Angkatan Bersenjata Ukraina.
Moskow menggambarkan unit itu, yang sebelumnya terkait kelompok sayap kanan jauh, sebagai organisasi neo-Nazi.
Dalam percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu (28/4) lalu, pemimpin Prancis dan Jerman mendesaknya untuk membebaskan para petempur Ukraina dari Azovstal.