Riya Adalah Pengertian, Hukum, Ciri, Contoh, dan Cara Menghindarinya

Perbuatan Riya (Foto: Parboaboa/Ratni)

PARBOABOA - Riya adalah penyakit hati atau perilaku munafik yang dapat menghilangkan nilai amalan baik seorang muslim.

Dalam Al-Quran telah ditegaskan bahwa bagi siapapun yang melakukan perbuatan riya termasuk dalam golongan orang yang celaka dan tak beruntung.

Seperti yang tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 264, Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ - ٢٦٤

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.

Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi.

Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS. Al Baqarah: 264)

Oleh karena itu, sifat riya adalah termasuk dalam sifat munafik.

Sifat ini berlawanan dengan sifat orang beriman yang selalu tulus dalam setiap tindakannya.

Orang yang bersikap riya tidak akan memperoleh pahala atas perbuatan baik yang telah dilakukan.

Untuk memahami lebih mendalam apa itu riya dan bagaimana cara menghindarinya, berikut akan dijelaskan secara lengkap pada artikel di bawah ini.

Pengertian Riya

Ra'a-yara-ruyan-wa ru'yatan atau dikenal riya dalam bahasa arab artinya memperlihatkan (pamer).

Sedangkan menurut ulama Al-Hafizh Ibnu Hajar, arti riya adalah menampakkan ibadah agar dilihat oleh orang lain, lalu mereka mendapatkan pujian, penghormatan atas tindakan tersebut.

Mengutip dari buku berjudul Selamatkan Dirimu Dari Azab Neraka! karya Ustadz Rusdianto (2017), pengertian riya adalah penyakit hati yang sifatnya sangat samar dan tersembunyi karena termasuk dalam golongan syirik khafi.

Sehingga semua amalan ibadah yang dilakukan tidak akan bernilai baik di hadapan Allah.

Hal ini tertuang pada hadits tentang riya seperti yang terdapat dalam surat Al-Maun disebutkan mengenai perilaku riya adalah ibadah yang mengharapkan pujian.

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ - ١ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ - ٢ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ - ٣ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ - ٤ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ - ٥ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ - ٦ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ - ٧

Artinya: "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.

Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya, dan enggan (memberikan) bantuan." (QS. Al Maun: 1-7)

Dasar Hukum Riya

Dasar Hukum Riya (Foto: Parboaboa/Winda)

Dasar hukum sikap riya adalah haram dan digolongkan dalam syirik kecil kepada Allah SWT.

Hal ini tertuang dalam hadits dari Mahmud bin Labid, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

"Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil) maka para sahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: 'Ar Riya'."

Rasulullah juga mengajarkan setiap manusia untuk beramal, tetapi dengan niat semata-mata hanya karena Allah SWT. Rasulullah bersabda:

"...Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya amalan seseorang itu akan dibalas sesuai dengan apa yang ia niatkan." (Muttafaqun ‘alaihi)

Hal itu berarti apabila seseorang melakukan suatu amalan karena Allah, maka dia akan mendapatkan pahala sesuai dengan apa yang diniatkan.

Sehingga, bagi seseorang yang beramal dan beribadah tidak dilandasi niat, maka akibat perbuatan riya adalah amalnya tidak akan diterima oleh Allah SWT.

Ciri-ciri Riya

Terdapat beberapa ciri orang yang memiliki sifat riya adalah sebagai berikut:

  1. Sering mengungkapkan amal baik yang telah dilakukan setiap pembicaraan
  2. Melakukan amal hanya untuk ikut-ikutan dengan orang lain
  3. Enggan atau malas melaksanakan amal shaleh jika tidak ada orang yang menyaksikannya
  4. Berpartisipasi dalam amal kebaikan ketika berada di tengah kerumunan
  5. Selalu berharap agar amalannya terlihat dan didengar agar bisa mendapat pujian dari orang lain
  6. Mengubah ekspresi amal tergantung pada apakah sedang diperhatikan oleh orang lain atau tidak
  7. Menunjukkan semangat dan dedikasi yang tinggi dalam beramal ketika mendapatkan pujian, tetapi semangatnya merosot ketika mendapat celaan dari orang lain.

Macam-macam Riya

Macam-macam Riya (Foto: Parboaboa/Winda)

Mengutip dari buku berjudul 1001 Kesalahan dalam Beribadah dan Bermuamalah karya Musthafa Murad (2009), riya terbagi menjadi 2 jenis, di antaranya:

1. Riya Kholish (Riya dalam Perbuatan)

Riya Kholish merujuk pada perilaku riya, di mana seseorang melakukan ibadah semata-mata untuk menarik perhatian dan pujian dari sesama manusia.

Tujuannya adalah mendapatkan perhatian dan pujian.

Jenis riya ini dapat dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain:

a. Riya badan, seperti menunjukkan tubuh langsing karena rajin berpuasa.

b. Riya pakaian, contohnya mengenakan hijab panjang hanya untuk dianggap sebagai individu yang berilmu.

c. Riya ucapan, seperti melantunkan ayat-ayat Al-Quran dengan suara merdu di depan orang lain semata-mata untuk mendapatkan pujian.

2. Riya Syirik (Riya Niat)

Riya syirik atau riya niat terjadi saat seseorang melakukan suatu perbuatan dengan niat untuk mematuhi perintah Allah SWT, namun juga untuk mendapatkan perhatian dan pujian dari orang lain.

Bagi orang yang melakukan ibadah dengan niat seperti ini, maka semua ibadahnya akan sia-sia.

Seperti yang telah dijelaskan dalam Syarh Riyadhus ash-Shalihin, setiap ibadah yang dilakukan tanpa didasari keikhlasan karena Allah SWT, seperti untuk mendapatkan pujian orang lain, maka pahalanya akan sia-sia.

Allah SWT berfirman dalam salah satu hadits qudsi:

"Aku sama sekali tidak membutuhkan semua sekutu dan persekutuan".

Oleh karena itu, siapa yang beramal suatu amal yang pengamalannya itu terdapat persekutuan kepada-Ku dengan selain Aku, maka Ku-tinggalkan dia berikut sekutunya itu." (HR Muslim)

Contoh Perbuatan Riya

Agar kamu bisa terhindar dari sifat riya, maka wajib mengetahui beberapa contoh riya adalah sebagai berikut:

1. Riya dalam Ibadah Shalat

Seseorang tampil beribadah shalat dengan penuh kesalehan hanya saat berada di tengah-tengah orang banyak, namun saat berada sendirian atau di tempat yang sepi, keikhlasan dalam shalatnya berkurang.

2. Riya dalam Sedekah

Seseorang memberikan sumbangan atau sedekah dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan semata-mata karena niat ikhlas membantu sesama.

3. Riya dalam Puasa

Seseorang bersungguh-sungguh berpuasa dengan ketaatan dan ketulusan saat berada di hadapan orang lain, tetapi ketika berada di tempat sepi atau tanpa pengawasan, ia melanggar aturan puasa.

4. Riya dalam Membaca Al-Quran

Seseorang yang membaca Al-Quran dengan suara merdu dan fasih hanya untuk mendapatkan pujian dan pengakuan dari orang lain, bukan karena niat untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Cara Menghindari Riya

Berikut terdapat beberapa cara menghindari sifat riya yang bisa kamu lakukan, di antaranya:

1. Menguatkan Niat Ibadah

Salah satu cara untuk menghindari perilaku riya adalah fokuskan niat ibadah hanya semata-mata karena Allah SWT dan bukan karena ingin mendapat sanjungan dari manusia.

Sesuai dengan ajaran Rasulullah:

“Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang memperoleh sesuai apa yang ia niatkan”. (H.R.Bukhari Muslim).

2. Selalu Memohon Pertolongan Allah SWT

Penting bagi setiap muslim untuk selalu mencari pertolongan dan berdoa kepada Allah dalam segala urusan, termasuk memohon perlindungan dari sifat-sifat tercela seperti riya.

Berdoa memperkuat keimanan dan menjauhkan dari godaan setan.

3. Dapat Mengontrol Diri

Upaya untuk mengontrol hati agar tidak terpengaruh oleh pujian orang lain.

Meskipun pujian dapat memberikan motivasi untuk menjadi lebih baik, namun perlu diwaspadai agar tidak menjadikan pujian sebagai sumber riya.

4. Meningkatkan Keimanan

Salah satu cara menghindari sifat riya adalah dengan menjaga keimanan melalui dzikir dan memohon perlindungan.

Dengan berdzikir, seorang muslim dapat tetap ingat kepada Allah dan memperkuat ikatan spiritualnya.

5. Menyembunyikan Amal Kebaikan

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari sifat riya adalah membiasakan diri bersikap rendah hati.

Jika melakukan amal kebaikan tanpa perlu memperlihatkannya kepada orang lain, sebagaimana menyembunyikan aib.

Meskipun amal kebaikan tertentu tidak dapat disembunyikan, seperti shalat berjamaah di masjid, membaca Al-Quran, atau berpuasa, namun menjaga niat ikhlas dalam setiap ibadah karena Allah SWT menjadi hal yang penting.

Itulah penjelasan seputar riya dalam Islam lengkap dengan pengertian, hukum, jenis, ciri, contoh dan cara menghindarinya.

Semoga kita bukan termasuk dalam golongan orang-orang yang bersifat riya.

Editor: Ratni Dewi Sawitri
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS