Memahami Rukshsah Artinya Apa dalam Islam: Jenis, Syarat, Dalil, dan Hikmahnya

Ilustrasi Rukhsah (Foto: Freepik/user8479958)

PARBOABOA - Pengenalan mengenai konsep hukum keringanan dalam praktik agama Islam merupakan hal yang penting untuk dipahami oleh umat Muslim.

Rukhsah artinya salah satu prinsip yang memperlihatkan kebijaksanaan dan fleksibilitas dalam menjalankan ibadah dan ajaran agama, terutama dalam situasi tertentu di mana kondisi sulit atau keadaan darurat mungkin terjadi.

Dalam ajaran Islam, kepatuhan terhadap ibadah merupakan kewajiban, namun Allah SWT juga telah memberikan keringanan kepada umat-Nya dalam bentuk hukuman.

Dilansir dari laman islam.nu, rukhsah artinya hukum yang ditetapkan oleh Allah dan berdasarkan pada keadaan yang mengharuskan, dibangun untuk memenuhi kebutuhan individu sambil tetap mempertahankan prinsip hukum asal yang berlaku.

Meskipun begitu, tidak berarti seseorang bebas melakukan ibadah utama sesuai keinginan pribadi. Rukhsah artinya tidak dimaksudkan untuk berperilaku sewenang-wenang, berdosa, atau bahkan melemahkan hukum yang sudah diringankan.

Sebaliknya, rukhsah adalah untuk mengatasi kesulitan dan memberikan kelonggaran hingga situasi membaik. 

Seorang Muslim dapat memilih mengikuti hukum asal atau (keringanan). Tetapi bukan berarti minta Allah tidak berlakukan kewajiban, ajaran Nabi Muhammad SAW tetap menjadi pedoman.

Prinsip hukum rukhsah artinya, al-ibahah (dibolehkan), hanya berlaku saat situasi terpaksa. Jika situasi berubah, tunduk pada hukum asal (azimah) lagi. Agar kamu tidak keliru memahami apa itu rukhsah, mari simak artikel Parboaboa berikut ini.

Apa itu Rukhsah?

rukhsah artinya

Ilustrasi (Foto: Pixebay/Darwisalwan) 

Dalam buku Fikih Empat Madzhab Jilid 1, karya Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi (2017: 215), terdapat definisi rukhsah artinya sebagai berikut:

Menurut pandangan Abu Zahrah: Rukhsah artinya ketentuan yang diberlakukan karena adanya kondisi yang memungkinkan perbedaan dari hukum asalnya. Berikut ayatnya yang berbunyi:

والرخصة ما شرعت بسبب قيام مسوغ لتخلف الحكم الأصلي

(Imam Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, [Kairo, Darul Fikr Al-Arabi: 2012 M/1433 H], halaman 51).

Menurut pendapat Sulaiman Al-Asyqar: Rukhsah adalah hukum yang berlaku untuk suatu tindakan karena adanya uzur tertentu, sebagai pengecualian dari azimah (hukum asal), seperti diperbolehkannya qashar (mengqashar) shalat bagi musafir, penghapusan puasa bagi musafir di bulan Ramadhan, penghapusan puasa Ramadhan bagi orang sakit, dan izin makan daging bangkai secara terpaksa. Berikut ayatnya yang berbunyi:

والرخصة هي الحكم الوارد على فعل لأجل العذر استثناء من العزيمة كقصر المسافر للصلاة وإفطاره في رمضان وإفطار المريض المقيم وأكل المضطر للميتة

(Syekh Muhammad Sulaiman Al-Asyqar, Al-Wadhih fi Ushulil Fiqh, [Kairo, Darus Salam: 2018 M/1439 H], halaman 57).

Menurut Ali Jum’ah: Rukhsah artinya mempermudah dan meringankan dalam suatu urusan. Dalam istilah, rukhsah adalah hukum yang ditetapkan berdasarkan bukti yang berbeda dari dalil syar'i karena pertimbangan uzur mukallaf. Berikut ayatnya yang berbunyi:

الرخصة في اللغة التيسير في الأمر والتسهيل فيه يقال رخص في الأمر إذا يسره. وفي الاصطلاح الحكم الثابت بدليل على خلاف الدليل الشرعي لأعذار العباد

(Berdasarkan buku "Al-Hukm al-Syar'i 'inda al-Usuliyin" oleh Syekh Ali Jum’ah Muhammad, diterbitkan di Kairo oleh Darus Salam pada tahun 2013 M/1434 H, halaman 78).

Jenis Hukum Keringanan dalam Ajaran Islam 

rukhsah adalah

Ilustrasi (Foto: Pexels/Rdne Stock Project)

Terbagi menjadi dua jenis rukhsah artinya:

  • Rukhsah artinya mengandung istihsan (kebaikan), artinya jika mengikuti hukum ini akan membawa manfaat bagi seorang Muslim, Contohnya, ketika seseorang sakit dan tidak berpuasa selama bulan Ramadhan.
  • Rukhsah artinya apa jika membatalkan hukum semula? Ini berarti sesuatu yang semula haram bisa menjadi halal dalam kondisi tertentu (darurat). Dasar dari ini adalah bahwa jika tindakan tersebut tidak dilakukan, bisa membahayakan kesehatan atau nyawa seseorang. Sebagai contoh, mengonsumsi bangkai dalam keadaan darurat.

Hal ini juga diberlakukan dalam melaksanakan ibadah utama, termasuk:

  • Rukhsah artinya: Kita melihat seorang Muslim shalat dalam posisi duduk atau berbaring. Ini adalah bentuk rukhsah dalam shalat. Namun, ini diperbolehkan hanya dalam situasi tertentu, seperti ketika seseorang sakit.

Selain itu, juga diberikan kepada mereka yang sedang bepergian. Mereka dapat menggabung atau mempersingkat shalat mereka. Kemudahan ini diberikan kepada musafir yang bepergian dengan niat yang baik dan sesuai dengan aturan agama. Lalu, bagaimana jika ingin menerapkan rukhsah dalam puasa?

  • Rukhsah dalam puasa: Bagaimana jika seseorang tidak mampu berpuasa selama bulan Ramadhan karena alasan tertentu?

Seperti halnya shalat, Allah memberikan kemudahan dalam meninggalkan puasa bagi mereka yang bepergian, orang sakit, wanita yang sedang haid atau nifas, wanita hamil atau menyusui, dan orang tua yang tidak lagi mampu menjalankan ibadah puasa. Mereka dapat mengganti rukhsah dalam puasa yang ditinggalkan di hari lain atau membayar fidyah (bagi mereka yang tetap tidak mampu meskipun menggantinya di hari lain).Selain itu rukhsah artinya:

  • Rukhsah dalam zakat: Pada zakat juga terdapat keringanan. Zakat fitrah, misalnya, bisa dibayarkan dengan uang.

Untuk mempermudahnya, zakat juga dapat dibayarkan dengan uang yang setara dengan harga makanan pokok tertentu. Selain itu, seseorang juga dapat meminta orang lain untuk membayarkan zakatnya atas nama mereka.

  • Rukhsah dalam haji: Pelaksanaan haji dapat ditunda dalam situasi tertentu. Hukum keringanan dalam ajaran Islam ini dapat diberlakukan jika dianggap menguntungkan bagi umat Muslim secara keseluruhan

Syarat Hukum Keringanan dalam Shalat

rukhsah dalam shalat

Ilustrasi (Foto: Freepik/Gstudiomagen1)

Dikutip dari karya buku Panduan Shalat yang Lengkap, yang ditulis oleh Ust. M. Khalilurrahman al-Mahfani dan Ust. Aburrahim Hamdi, berikut adalah beberapa syarat hukum keringanan dalam shalat:

1. Haji di Arafah, Mina, dan Muzdalifah

Dalam situasi haji di Arafah, Mina, dan Muzdalifah, diizinkan untuk menggabungkan dan memendekkan shalat. Beberapa ulama mengijinkan hanya memendekkan, misalnya hanya dua rakaat di Mina berdasarkan hadits dari Ibnu Umar dan Abdurrahman bin Yazid. Namun, pandangan lain membolehkan menggabungkan dan memendekkan, mengacu pada hadits yang menyebutkan bahwa Nabi melakukan shalat secara berjamaah selama 10 hari haji di Makkah, termasuk dua rakaat dua rakaat hingga kembali ke Madinah, sesuai dengan hadits dari Anas.

Jamak taqdim (mendahulukan waktu shalat) dilakukan dengan menggabungkan shalat Dzuhur dan Ashar pada waktu Dzuhur ketika berada di Arafah. Sedangkan jamak takhir (mengakhirkan waktu shalat) dilakukan dengan menggabungkan shalat Maghrib dan Isya pada waktu Isya ketika berada di Muzdalifah.

2. Terjebak Hujan Lebat

Dalam shalat saat hujan lebat, ada hukum islam yang dijelaskan dalam hadits: "Sesungguhnya Nabi pernah menggabungkan shalat Maghrib dan Isya pada malam yang hujan lebat." (HR. Bukhari) yang berbunyi:

أنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ فِي لَيْلَةٍ مَطِيرَةٍ. (رواه البخاري).

3. Keperluan yang Mendesak

Ada keringanan dalam shalat jika seseorang memiliki keperluan yang sangat mendesak, asalkan ini bukan menjadi kebiasaan. Prinsip ini diilustrasikan oleh hadits berikut: 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَمَعَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِالْمَدِينَةِ فِي غَيْرِ خَوْفٍ وَلَا مَطَرٍ. قِيْلَ لَابْنِ عَبَّاسٍ لِمَ فَعَلَ ذَلِكَ قَالَ كَيْ لَا يُخْرِجَ أُمَّتَهُ. (رواه مسلم).

"Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi pernah menggabungkan salat Dzuhur dan Ashar, serta Maghrib dan Isya di Madinah, tanpa alasan ketakutan atau hujan. Ketika ditanya mengapa Nabi berbuat demikian, Ibnu Abbas menjawab bahwa ini dilakukan agar tidak memberatkan umatnya." (HR. Muslim)

Dalil Hukum Keringanan dalam Ajaran Islam

apa itu rukhsah

Ilustrasi (Foto: Freepik/Rawpixcel.com)

Rasulullah SAW pernah menyampaikan: "Akan hancur orang-orang yang berlebihan dan fanatik tanpa alasan yang tepat." Nabi bahkan mengulanginya sebanyak tiga kali. (HR. Muslim). Dari petunjuk ini, jelas bahwa sikap fanatik yang berlebihan tidak disarankan, terlebih jika tidak sesuai dengan konteks dan situasi.

Tidak hanya itu, dalam Surat Al-Baqarah ayat 185, Allah SWT berfirman:

Ø• ÙˆÙŽÙ…ÙŽÙ†Û¡ کَانَ مَرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ يُرِيۡدُ اللّٰهُ بِکُمُ الۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيۡدُ بِکُمُ الۡعُسۡرَ وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ شَهۡرُ رَمَضَانَ الَّذِىۡٓ اُنۡزِلَ فِيۡهِ الۡقُرۡاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ ÙˆÙŽ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الۡهُدٰى وَالۡفُرۡقَانِۚ فَمَنۡ شَهِدَ مِنۡكُمُ الشَّهۡرَ فَلۡيَـصُمۡهُ

Syahru Romadonallazi unzila fiihil Qur'an hudal linnaasi wa bayyinat minal huda wal furqon; faman syahida minkumus syahra falyasumhu wa man kaana mariidan aw 'alaa safarin fa'iddatum min ayyaamin ukhar; yuriidul laahu bikumul yusra wa laa yurii

"Allah SWT menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu." (QS. Al-Baqarah 185).

Menurut penafsiran dari Imam Ibnu Katsir, ayat ini mengungkapkan bahwa Allah memiliki belas kasihan yang besar terhadap umat-Nya, terlihat dalam bentuk keringanan yang diberikan kepada mereka yang tidak dapat berpuasa karena sakit atau sedang dalam perjalanan.

Hikmah Rukhsah

Penetapan hukum keringanan dalam ajaran Islam mengandung berbagai hikmah, termasuk di dalamnya:

1. Implementasi prinsip toleransi dan kemudahan dalam ajaran Islam.

Dalam firman Allah Subhanahu wata’ala yang berbunyi: "Allah menghendaki kemudahan bagimu, bukan kesulitan bagimu." [Surat Al-Baqarah: 185].

2. Pembuktian bahwa ajaran Islam tidak bersifat kaku dan ekstrem.

Ajaran Islam kerap kali dicap sebagai keras, kaku, dan tidak fleksibel. Tuduhan ini umumnya muncul dari mereka yang tidak memiliki pemahaman yang akurat atau menyeluruh tentang ajaran Islam, mereka hanya melihat satu sisi dan mengabaikan sisi lainnya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan: 

إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ 

"Sesungguhnya agama ini adalah mudah, dan tidaklah seseorang mengambil sikap berlebihan dalam urusan agama melainkan agama akan mengalahkannya." [HR. Bukhari]. Membantu kelangsungan dalam beribadah dan memperkuat kasih terhadap ajaran Islam.

3. Menjamin keberlanjutan dalam beribadah dan memperkuat rasa cinta terhadap ajaran Islam.

Seseorang yang mendapat kelonggaran dan kemudahan saat mereka tidak mampu untuk sepenuhnya menjalankan ibadah, akan terdorong untuk tetap menjalankan ibadah tersebut saat hambatan tersebut hilang. Dengan demikian, rasa cinta terhadap ajaran Islam akan semakin tertanam dalam hati umat muslim. Di samping itu, Allah juga semakin merasa cinta terhadap hamba-Nya yang memanfaatkan kelonggaran yang diberikan-Nya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan: 

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ تُؤْتَى رُخَصُهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ تُؤْتَى مَعْصِيَتُهُ 

"Sesungguhnya Allah senang ketika kelonggaran-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci ketika kemaksiatan kepada-Nya dilakukan." [HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban; shahih].

Contoh Hukum Keringanan dalam Ajaran Islam 

Untuk lebih memahami hukum keringanan dalam ajaran Islam , berikut adalah beberapa contoh dalam situasi sehari-hari:

  • Seseorang yang sedang dalam keadaan sakit diizinkan untuk menunaikan sholat dengan posisi duduk, berbaring, atau berkedip sesuai dengan kondisi kesehatannya.
  • Seorang individu yang sedang dalam perjalanan boleh tidak menjalankan puasa wajib, dan disarankan untuk menggantinya di kemudian hari.
  • Penggunaan minuman yang memabukkan diizinkan, kecuali yang berasal dari anggur.
  • Para pria Muslim memiliki kelonggaran untuk mencukur jenggot.

Penting bagi umat Muslim untuk mendalami dan memahami rukhsah artinya dalam agama Islam secara mendalam. Ini akan membantu mereka menjalankan ibadah dengan lebih bijaksana dan fleksibel dalam situasi yang memerlukan kelonggaran. 

Edukasi mengenai rukhsah artinya dapat membantu membangun pemahaman yang kuat dalam menjalankan ibadah sehari-hari. Dengan demikian, mari semua umat Muslim belajar lebih lanjut tentang hukum keringanan dalam ajaran Islam dan menerapkannya dengan benar. Semoga bermanfaat!

Editor: Sari
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS