PARBOABOA - Perusahaan di Moskow telah menciptakan pesaing ChatGPT OpenAI, yang bernapa GigaChat yang berjalan sepenuhnya di server domestik dan dalam bahasa Rusia. Proyek ini diresmikan pada hari Minggu kemarin di situs resmi perusahaan IT.
AI itu disebut SistemmaGPT (Generative Pre-trained Transformer) dan didasarkan pada pengembangan perusahaan sendiri bersama dengan penelitian Universitas Stanford. Chatbot ditujukan untuk bisnis Rusia dan lembaga pemerintah.
Perilisan ChatGPT tahun lalu, sebuah chatbot dari startup OpenAI yang didukung oleh Microsoft, telah menyebabkan percepatan di sektor teknologi untuk menempatkan AI ke tangan lebih banyak pengguna. Harapannya adalah untuk membentuk kembali cara orang bekerja dan memenangkan bisnis dalam prosesnya.
Sberbank mengatakan bahwa apa yang membedakan GigaChat adalah kemampuannya untuk berkomunikasi dengan lebih cerdas dalam bahasa Rusia daripada jaringan saraf tiruan asing lainnya.
Bank dominan di Rusia ini telah berinvestasi besar-besaran dalam bidang teknologi dalam beberapa tahun terakhir, berusaha mengurangi ketergantungan negara pada impor, sebuah proses yang menjadi sangat penting karena negara-negara Barat telah memangkas ekspor ke Rusia dan menjatuhkan sanksi atas tindakan Moskow di Ukraina.
Aplikasi ini dibuat menjadi penantang aplikasi AI populer buatan Amerika Serikat (AS), ChatGPT.
"Meluncurkan Chatbot versinya sendiri, yang akan disebut GigaChat, yang pertama bagi Rusia," ujar Sber seperti dilansir dari situs AFP, Senin (24/4).
Pimpinan Sber, German Gref, menyebut peluncuran ini merupakan terobosan bagi dunia teknologi Rusia yang sangatlah luas.
Aplikasi GigaChat ini mampu melakukan percakapan, menulis pesan, menanggapi pertanyaan faktual, menulis kode, hingga membuat gambar dari deskripsi.
Namun kini aplikasi berbahasa Rusia tersebut baru tersedia dalam mode uji coba dan terbatas bagi para undangan.
GigaChat diluncurkan menyusul keberhasilan ChatGPT. Sebagian ahli melihat ini sebagai babak baru perlombaan teknologi antara AS-Rusia.
Kesuksesan ChatGPT itu memang memantik perusahaan teknologi dan pemodal lain untuk membuat hal serupa. Contohnya Google yang mempercepat chatbot miliknya.
Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, Rusia tengah memperkuat sektor teknologi lokalnya. Terkhusus, semenjak terdampak rentetan sanksi dari negara Barat buntut serangan mereka ke Ukraina.
Tak hanya itu, Kremlin juga telah menyerukan pemblokiran berbagai situs dan platform sosial media guna meredam kritik atas serangan mereka ke Rusia.
Saat ini banyak perusahaan telah mulai berinvestasi dalam proyek AI mereka sendiri. Google dan Microsoft mengungkapkan chatbots mereka awal bulan ini.
CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk juga dilaporkan ingin mengembangkan AI serupa miliknya sendiri. Pakar keamanan dunia maya MH Homaei menulis pada bulan Februari bahwa AI semacam ini juga menimbulkan beberapa risiko keamanan yang harus diperhatikan organisasi untuk melindungi data dan reputasi sensitif mereka.
Keefektifan chatbot bergantung pada klien yang memberinya data berharga, yang dapat membuatnya rentan terhadap pelanggaran data.
OpenAI mengungkapkan pada hari Minggu bahwa bug telah membuat beberapa informasi pribadi dan pembayaran penggunanya terlihat secara online dalam waktu sebentar.