Rusia Diklaim Berbohong, Umumkan Tarik Pasukan, Ternyata Hanya di Rotasi

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (dok AFP)

PARBOABOA, Ukraina - Masyarakat di dunia sempat lega mendengar pengumuman dari Rusia yang menyatakan mereka telah menarik sebagian pasukan militer yang ditempatkan dekat dengan perbatasan Ukraina, saat konflik kedua negara tersebut memanas. Dengan penarikan pasukan tersebut memberi harapan bahwa Rusia tidak akan melakukan invasi ke negara tetangganya tersebut, sehingga tidak akan terjadi perang.

Namun hal tersebut seperti tipuan belaka saja, pasalnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, mengatakan hal sebaliknya. Menurut Zelenskiy, penarikan pasukan tersebut hanya klaim kososng tanpa bukti, karena sejauh ini tidak ada tanda-tanda Rusia menarik pasukan dari perbatasan Ukraina. Mereka hanya merotasi pasukan dalam skala kecil saja.

“Kami melihat rotasi kecil. Saya tidak akan menyebut rotasi ini sebagai penarikan pasukan oleh Rusia. Kami tidak bisa mengatakan itu,” kata Zelenskiy. seperti dilansir AFP, Kamis (17/2/2022).

Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg yang meragukan penarikan pasukan yang dilakukan oleh Rusia tersebut.

"Sekutu menyambut baik semua upaya diplomatik dan ada tanda-tanda dari Moskow bahwa diplomasi harus dilanjutkan. Namun sejauh ini, kami tidak melihat tanda-tanda de-eskalasi di lapangan. Tidak ada penarikan pasukan atau peralatan," kata Stoltenberg dalam konferensi pers setelah pertemuan puncak para menteri pertahanan NATO di Brussels.

Atas hal tersebut invasi dari Rusia ini masih memungkinkan terjadi, pasalnya jumlah pasukan Rusia di perbatasan tergolong besar dan siap menyerang kapan saja. Bahkan pengerahan pasukan ke perbatasan ini diklaim sebagai yang paling besar sejak perang dingin kedua negara terjadi.

"Apa yang kita lihat hari ini adalah bahwa Rusia mempertahankan kekuatan invasi besar-besaran yang siap menyerang dengan kemampuan kelas atas dari Krimea hingga Belarus. Ini adalah konsentrasi pasukan terbesar di Eropa sejak Perang Dingin," kata kepala NATO itu.

Karena Rusia masih berdiri dengan kekuatan militernya di daerah yang dekat dengan perbatasan, maka pihak Sekutu dan Ukraina menyatakan mereka memang mengutamakan penyelesaian masalah secara diplomasi, namun mereka juga siap untuk melakukan agresi.

Semoga saja perang dan upaya invasi ini tidak benar-benar terjadi, karena akan menyedihkan bila adu militer harus terjadi.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS