PARBOABOA, Jakarta - Rentetan serangan rudal dan drone yang diluncurkan Rusia ke Ukraina, pada Kamis (26/01/2023) waktu setempat menewaskan sedikit 11 orang. Rentetan serangan itu dilakukan sehari usai Jerman dan Amerika Serikat menjanjikan tank tempur untuk Ukraina.
Hal tersebut dikonfirmasi pada, Jumat (27/01/2023) Diketahui, gelombang terbaru serangan Rusia itu terjadi bersamaa Kremlin mengatakan bahwa mereka menganggap tank-tank itu “sebagai keterlibatan langsung dalam konflik”.
Akibat serangan rudal terbaru Rusia tersebut, layanan darurat Ukraina mengungkapkan bahwa 11 orang tewas dan 11 orang lainnya luka-luka. Bahkan, militer Ukraina mengatakan pasukannya menghancurkan 47 dari 55 rudal yang diluncurkan oleh Rusia.
Sejak Oktober, Rusia telah meluncurkan serangan reguler terhadap infastruktur energi di seluruh Ukraina, yang dimana suhu udaranya mendekati titik beku. Setelah itu, Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko menuduh Rusia berusaha “mencipatakan kegagalan sistemik dalam sistem energi Ukraina.”
Sebelumnya, serangan terbaru Rusia itu diluncurkan usai Amerika Serikat mengatakan pada hari Rabu (25/01/2023) akan memasok 31 tank Abrams ke Ukraina. Sementara Kanselir Jerman Olaf Scholz memberikan keputusan untuk mengirim 14 tank Leopard 2 setelah berbulan-bulan diminta Ukraina.
Pemerintah Inggris juga mengatakan akan mengirim tank-tank tempur pada akhir Maret, dengan pelatihan dimulai pekan depan. Selanjutnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan harapannya agar Barat mengirim rudal jarak jauh dan jet ke negaranya untuk membantu mengusir pasukan Rusia.
Hal itu disampaikan Zelensky pada Rabu (25/01/2023) waktu setempat saat dia berterima kasih kepada Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden atas keputusan mereka untuk mengirim tank-tank tempur ke Ukraina sesuai dengan permintaannya.
Namun, Zelensky juga mengatakan Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata, termasuk rudal jarak jauh dan jet. Dia juga mendesak negara-negara Barat untuk mengirim tank-tank dengan cepat dan dalam volume yang cukup.
"Kecepatan dan volume adalah kuncinya sekarang," ujar, mengacu pada pengiriman dan pelatihan tentara.
“Negara teroris harus kalah,” pungkas Zelensky merujuk pada Rusia.