PARBOABOA, Jakarta - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) melaporkan berhasil menguji coba rudal hipersonik untuk pertama kalinya pada Senin (12/12/2022). Pihaknya berhasil menggelar uji coba rudal hipersonik, senjata strategis yang juga dikembangkan oleh China dan Rusia.
Diketahui, Angkatan Udara AS menguji coba rudal prototipe Air-launched Rapid Response Weapon (ARRW) diluncurkan dari pesawat pengebom B-52H pada Jumat pekan lalu di lepas pantai California.
Rudal hipersonik itu disebut AGM-183A yang mempunyai kecepatan lima kali lebih cepat dari kecepatan suara, menyelesaikan jalur penerbangannya dan diledakan di area terminal. Rudal hipersonik jarak jauh yang dirancang oleh Lokheed Martin untuk Angkatan Udara AS (USAF) itu dikatakan mempunyai nilai kontrak senilai lebih dari US$480 juta.
“Uji coba ini adalah peluncuran pertama dari prototipe rudal operasional penuh,” ujar Angkatan Udara AS dalam pernyataan dilansir dari Al Arabiya, Selasa (13/12/2022).
Selain itu, Amerika Serikat mempunyai sejumlah program senjata hipersonik. Badan Penelitian teknologi tinggi Pentagon, DARPA, juga sebelumnya pada tahun ini melakukan uji coba rudal jenis yang berbeda.
Rudal hipersonik menimbulkan ancaman potensial terhadap keseimbangan militer global, mempunyai kemampuan membawa senjata nuklir tepat sasaran dan dengan kecepatan tinggi sehingga sulit dicegat.
Sebelumnya, China juga melakukan uji coba rudal hipersonik tahun lalu. Sedangkan Rusia menggunakan senjata hipersoniknya selama perang di Ukraina. Korea Utara juga mengklaim telah melakukan uji coba terbang senjata jenis rudal hipersonik ini.
Sementara itu, Amerika Serikat mengamati bahaya senjata hipersonik dalam laporan Missile Defense Review 2022.
“Senjata hipersonik, dirancang untuk menghindari sistem sensor dan pertahana AS. Namun rancangan itu menimbulkan acaman yang semakin kompleks karena sifatnya yang berkemampuan ganda (nuklir/konvensial), profil penerbangan yang menantang, dan kemampuan manuver,” jelas laporan tersebut.