Sumedang Miliki Catatan Gempabumi Besar Sejak 1972

Akibat gempabumi, seluruh pasien RSUD Sumedang dievakuasi sementara dari dalam gedung. (Foto: BNPB)

PARBOABOA, Jakarta - Sudah keempat kalinya Kabupaten Sumedang, Jawa Barat diguncang gempabumi. Kali ini terjadi di saat malam tahun baru 2024 dengan magnitude 4,8. Akibatnya ratusan orang harus mengungsi.

Selain di Jepang, gempabumi juga tanah air tepatnya di wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pukul 20.34 WIB, Minggu (31/12/2023). Sebelumnya terjadi dua gempabumi pembuka atau foreshock berkekuatan magnitude 4.1 pada pukul 14.35 WIB dan magnitude 3.4 pada pukul 15.38 WIB.

Lebih rinci, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merekam, untuk gempabumi pertama berpusat di 6.48 LS dan 107.93 BT pada kedalaman 10 kilometer. Sementara itu gempabumi kedua di kedalaman 6 kilometer di titik 6.84 LS dan 107.34 BT. Selanjutnya gempabumi ketiga atau yang utama berada di di 6.85 LS dan 107.94 BT dengan kedalaman 5 kilometer.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut gempabumi kedua dirasa cukup kuat bagi sebagian besar masyarakat Sumedang. Meski hanya berlangsung selama 2-3 detik, namun membuat warga panik dan berhamburan keluar ruangan.

Sementara itu gempabumi utama telah menyebabkan sedikit keretakan dinding 'Cisumdawu Twin Tunnel' atau Terowongan Kembar Tol Cisumdawu. Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Sumedang Selatan juga turut terdampak dengan  kerusakan ringan di bagian langit-langit dan keretakan dinding. Pihak Pemerintah Kabupaten Sumedang kemudian langsung meminta seluruh pasien dan petugas RS keluar sementara hingga dipastikan aman.

“Para pasien dan petugas dievakuasi sementara untuk jaga-jaga hingga semua dipastikan aman,” jelas Pj. Sekda Kabupaten Sumedang, Tuti Ruswati dalam keterangan singkatnya.

Badan Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), wilayah Kabupaten Sumedang sudah menjadi sasaran gempabumi sejak lama. Hal itu dilihat berdasarkan riwayat bencana gempabumi yang merusak rumah penduduk pada tahun 1972. Kemudian juga gempabumi tahun 2010 yang menimbulkan kecemasan bagi penduduk di daerah Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Selain itu pada tahun 2022 juga tercatat kejadian gempa bumi dengan magnitudo 2,7 pada kedalaman 16 km.

Kata BMKG

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menyampaikan bahwa gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif.     

Gempabumi ini dirasakan di Rancakalong, Jatinangor, Bandung dalam Skala Intensitas III MMI atau getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.

Kemudian di Cirebon, Garut dan Subang dalam Skala Intensitas II MMI atau getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Gempabumi Sumedang di awal tahun ini, menunjukkan telah terjadi 6 kali aktivitas gempabumi.

“Susulan masih akan terjadi, tetapi apa akan muncul yang lebih besar itu tidak dapat diprediksi,” papar Daryono.

Tidak Ada yang Bisa Memprediksikan

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumedang, Atang Sutarno, menyayangkan adanya informasi gempabumi susulan yang lebih besar pada pukul 23.00 WIB, Minggu (31/12/2023). Ia menegaskan, hal itu tidak benar dan dibuat oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Bahkan kata diam, hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat meprediksi kapan akan terjadi gempabumi. Karenanya, meminta kepada seluruh masyarakat Sumedang dan sekitarnya untuk tidak panik.

“Tidak ada seorang ahlipun yang dapat memprediksi kapan terjadinya gempabumi termasuk gempa susulan. Kalau ada yang mengatakan bahwa nanti akan terjadi gempabumi susulan pada pukul 23.00 WIB itu adalah hoaks,” jelas Atang.

Dipicu Sesar Aktif Cileunyi-Tanjungsari

Badan Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) menganalisa, kejadian gempabumi tersebut diakibatan aktivitas sesar aktif Cileunyi – Tanjungsari. Hal itu juga dianalisa berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman dari data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Data Badan Geologi ESDM menjelaskan, Sesar Cileunyi – Tanjungsari menjadi sesar mendatar mengiri, sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles, dan nilai laju geser berkisar antara 0,19 - 0,48 mm/tahun.

Adapun sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) dari menengah hingga tinggi. Selain itu, karena lokasi pusat gempa bumi berada di darat, jejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami.

Penanggulangan BNPB

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mendatangi lokasi terdampak pada Senin (1/1/2024) dengan memastikan seluruh proses penanganan darurat dapat terlaksana dengan baik.

“Kita sebenarnya sudah melakukan siaga penuh dengan membentuk Posko Siaga Nataru. Jadi ketika terjadi bencana seperti yang di Sumedang ini tim langsung bergerak cepat,” jelas Suharyanto.

Seluruh warga terdampak diketahui tidak dapat lagi menempati rumahnya karena rusak. Bantuan berupa Dana Tunggu Hunian (DTH) kemudian diberikan sebesar Rp500 ribu per bulan untuk membayar biaya sewa sementara sampai proses pemulihan dilakukan.

“Rumah yang rusak sedang, ringan maupun berat ini nanti apakah diperbaiki atau digeser (dipindahkan). Silakan. Segera didata. Kalau enggak, semakin lambat data yang masuk maka semakin lambat juga dilakukan perbaikan,” tambahnya

Dalam kunjungannya, Suharyanto menyerahkan Dana Siap Pakai (DSP) senilai Rp350 juta untuk penanganan darurat selama tujuh hari, atau sesuai periode masa tanggap darurat yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang.

Selain itu, sejumlah logistik dan peralatan juga diberikan seperti tenda pengungsi, sembako dan permakanan lainnya untuk memenuhi kebutuhan awal.

“Rp350 juta untuk memenuhi kebutuhan warga terdampak selama seminggu ini, termasuk untuk operasional tim yang bertugas,” kata Suharyanto.

Tim BNPB juga diturunkan untuk pembentukan posko termasuk pendataan lanjutan hingga proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Selain itu proses penanganan darurat dan rehabilitasi rekonstruksi juga diminta berjalan secara paralel.

Waspada Hoaks

Ia juga menampik kabar masifnya korban jiwa akibat gempabumi karena banyak informasi gampar penampakan banyaknya pasien di halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumedang.

Suharyanto menegaskan, seluruh pasien di rumah sakit itu dievakuasi sementara dari dalam gedung karena prosedur keselamatan. Namun bukan berarti pasien itu adalah korban gempabumi.

Di sisi lain, kabar gempabumi Sumedang menyebabkan terkendalanya lalu lintas di jalan tol Cisumdawu setelah Twin Tunnel Cisumdawu mengalami keretakan parah di bagian dinding adalah informasi yang tidak benar. Faktanya, jalur tol baru yang menghubungkan Cileunyi dan Kertajati masih aman dilalui kendaraan.

“Lalu katanya (dampak gempabumi) mengganggu tol Cisumdawu, itu juga tidak benar”, kata Suharyanto.

Dari dua hal fenomena tersebut, BNPB pun meminta masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh berita yang belum dapat dipastikan kebenarannya. Sebagai antisipasi, masyarakat juga diminta untuk tetap waspada dan meningkatkan kesiapsiagaan.

Adapun sebanyak 331 pasien RSUD Sumedang terdiri dari 248 pasien rawat inap dan 83 pasien IDG dievakuasi ke halaman gedung dan lima tenda yang ditempatkan di jalan raya setelah terjadi gempabumi M 4.8 pada hari Minggu (31/12) pukul 20.34 WIB.

Terdapat tiga bangunan rumah sakit yang retak meliputi gedung Paviliun, VIP dan Sakura. Adapun RS Pakuon saat ini dalam kondisi aman, meski seluruh pasien masih harus dievakuasi keluar gedung untuk keamanan yang terkendali.

Adapun wilayah Babakan Hurip, terdapat 53 rumah tudak dan sebanyak 200 warga dievakuasi ke lapangan terdekat.

Editor: Aprilia Rahapit
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS