PARBOABOA, Jakarta - Sungai Ciliwung sepanjang 120 kilometer yang membentang dari hulu Bogor dan mengalir ke hilir pantai utara Jakarta menyumbang hampir 20 ton sampah setiap hari. Jumlah tersebut bisa lebih karena angka itu didapat baru dari satu tempat penanganan prasana dan sarana umum (PPSU) Jakarta Timur.
Tim Parboaboa mendatangi salah satu PPSU yang berada di Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (07/12/2022). Di sini terdapat petugas yang menangani sampah Ciliwung.
Kepala Kordinator PPSU Kelurahan Balaikambang, Retno mengatakan, ada sebanyak dua mobil truk yang beroperasi setiap hari untuk mengangkut sampah. Permobil truk bisa mengangkut antara — sampah dan kemudian dibawa ke tempat penampungan sampah daerah Cililitan.
Dijelaskan Retno, persoalan pengelolaan sampah sudah diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) DKI No. 77 tentang pengelolaan sampahlLingkup rukun warga. Banyaknya sampah di Sungai Ciliwung karena masih banyak yang membuangnya sembarangan.
"Persoalan sampah-sampah dari rumah masyarakat ya tanggung jawab pribadi dan koordinasi rukun tetangga (RT)-nya" kata Retno.
Salah satu petugas PPSU Kelurahan Balaikambang, Suherli menjelaskan, tugas anggota PPSU dibagi dalam beberapa bagian. Dia sendiri setiap hari mengangkut sampah-sampah yang sudah dikumpulkan anggota PPSU lain.
Dalam sehari, kata Suherli, dia bisa mengangkut sampah hingga dua mobil bak terbuka. “Sampai dua mobil bak terbuka. Itu isi sampahnya bisa sampai 2-3 ton sampah. Sementara jika kawasan keseluruhan di Keramat Jati, itu bisa 17-20 ton,” jelasnya.
Ketua Komunitas Jaringan Warga Peduli Ciliwung (Jawara Peci), Samsul menjelaskan, sampai saat ini masih banyak warga yang tidak sadar lingkungan dan membuangnya secara sembarangan.
“Sampah-sampah yang sudah menumpuk di hulu akan terseret ke hilir dan terjadi hambatan di pintu-pintu air sekitaran Jakarta,” jelas Samsul.
Sampai saat ini, kata Samsul, ada banyak warga yang secara sembunyi-bunyi menjadikan sungai sebagai tempat sampah, walau masing-masing kelurahan sudah memasang himbauan pelarangan.
“Harusnya bukan sekadar himbauan saja, harus melakukan sosialisasi rutin agar terkontrol, khususnya ke warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai agar mereka paham dan tidak acuh dalam hal buang sampah,” tutur Samsul.
Menurut Samsul, edukasi tentang pengolahan sampah itu harus semakin digalakkan, tentang teknik daur ulang yang bisa menjadi kegiatan produktif dan sumber perekonomian baru.
“Pemerintah dan masyarakat harus saling bersinergi, khususnya dalam menangani persoalan sampah,” jelasnya.