Bacaan Surat Al Kafirun Ayat 1-6: Kandungan, Asbabun Nuzul, Pesan yang Terkandung, Tafsir, Tajwid, dan Cara Mengamalkannya

Surat Al Kafirun (Foto: Parboaboa/Ratni)

PARBOABOA - Surat Al Kafirun merupakan urutan surat ke-109 yang terdapat dalam Al-Quran. Dalam surat ini, berisi 6 ayat yang memiliki banyak pesan mengenai keimanan umat muslim.

Mengutip dari buku berjudul Buku Pintar Agama Islam karya M. Syafi'ie el-Bantanie, surat ini menjelaskan bahwa Allah SWT memberikan pengajaran kepada umat manusia untuk memilih jalur kepercayaan yang benar dan menjauhi kesesatan serta penyesatan.

Surat ini juga menjadi salah satu surat pendek yang dibaca ketika melaksanakan sholat. Tak hanya itu, di beberapa acara keagamaan seperti pengajian, surat tersebut juga kerap kali dibacakan.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang surat Al Kafirun latin, Arab, dan artinya pada artikel berikut ini Parboaboa akan menyajikan secara lengkap mengenai kandungan, asbabun nuzul, makna, pesan, tafsir dan hukum tajwidnya. Simak informasi selengkapnya di bawah ini ya!

Bacaan Surat Al Kafirun Latin dan Artinya

Bacaan Surat Al Kafirun (Foto: Parboaboa/Ratni) 

Berikut bacaan lengkap Surat Al- Kafirun latin dan artinya:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Latin: Bismillahirrahmaanirrahiim

Artinya: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

1. قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

Latin: Qul yaa ayyuhal kaafiruun

Artinya: Katakanlah, "Hai orang-orang kafir"

2. لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

Latin: Laaa a’budu maa ta’buduun

Artinya: Aku tak akan menyembah apa yang kamu sembah,

3. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Latin: Wa laa angtum ‘aabiduuna maaa a’bud

Artinya: Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah,

4. وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ

Latin: Wa laaa ana ‘aabidum maa ‘abattum

Artinya: dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

5. وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Latin: Wa laaa angtum ‘aabiduuna maaa a’bud

Artinya: dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah,

6. لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Lakum diinukum waliya diin

Artinya: bagi kalian agama kalian, dan bagi saya agama saya

Kandungan Surat Al Kafirun

Kandungan Surat Al Kafirun (Foto: Parboaboa/Ratni) 

Adapun isi kandungan Surat Al Kafirun latin membawa pesan yang dapat dijadikan panduan dalam menjalani kehidupan beragama, seperti:

1. Memperkuat Keyakinan Islam

Sebagai salah satu surat Makkiyah, surat Al Kafirun berisi tentang anjuran untuk menegaskan prinsip dasar dalam Islam, yaitu tauhid, bahwa hanya Allah SWT yang pantas disembah.

Dengan menekankan keyakinan ini, surat ini memperkuat landasan iman umat Islam, mengingatkan mereka untuk selalu mempertahankan keesaan Allah dalam ibadah dan keyakinan mereka.

2. Menolak Syirik

Surat ini dengan tegas menolak segala bentuk syirik, yang mencakup keyakinan terhadap berhala, nabi palsu, atau entitas lain yang dianggap setara atau lebih besar dari Allah SWT.

Hal ini merupakan bentuk penegasan bahwa tauhid adalah inti dari keimanan Islam, dan segala bentuk penyimpangan dari prinsip ini harus ditolak dengan tegas.

3. Menegaskan Persatuan

Meskipun terdapat perbedaan keyakinan antara umat Islam dan orang-orang kafir, surat ini menekankan pentingnya hidup secara damai dan hidup saling berdampingan.

Ini menciptakan suatu landasan bagi kerjasama dan toleransi antarumat beragama, mengajarkan umat Islam untuk memahami perbedaan dan hidup harmonis dalam masyarakat multikultural.

4. Mendorong Keikhlasan Beragama

Surat Al Kafirun mendorong umat Islam agar menjalankan ibadah dengan ikhlas dan tulus, tanpa dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti pengaruh atau tawaran dari pihak yang tidak beriman.

Dengan demikian, surat ini memberikan arahan untuk menjaga kesucian niat dalam beribadah, menjadikan ibadah semata-mata sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT tanpa mencari pengakuan atau manfaat dunia.

Asbabun Nuzul Surat Al Kafirun

Asbabun Nuzul Surat Al Kafirun (Foto: Parboaboa/Ratni) 

Asbabun Nuzul memiliki arti "penyebab turunnya," hal ini merujuk pada keadaan atau peristiwa yang menjadi latar belakang atau pemicu penurunan ayat suci Al-Quran sebagai sumber hukum Islam.

Maka dari itu, asbabun nuzul dalam surat Al Kafirun terkait dengan upaya kaum kafir Quraisy untuk membujuk Nabi Muhammad SAW agar mau berdamai dengan mereka dengan cara tetap mengikuti agama mereka masing-masing.

Surat ini berfungsi sebagai peringatan bagi umat Islam untuk tidak terpengaruh oleh ajakan orang-orang kafir.

Surat Al Kafirun juga mengajarkan betapa pentingnya menjaga keyakinan dan prinsip dalam mempertahankan iman kepada satu-satunya Tuhan yang layak disembah, yaitu Allah SWT.

Makna Surat Al Kafirun

Dalam surat Al-Kafirun, Rasulullah menyampaikan pesan yang kuat mengenai toleransi beragama tanpa mengganggu keyakinan masing-masing dan menolak untuk menyembah Tuhan selain Allah SWT. Selain itu, terdapat beberapa makna, yaitu:

1. Menegakkan Keyakinan Tauhid

Surat ini menegaskan pentingnya mempertahankan keyakinan tauhid dalam Islam, yaitu keyakinan akan satu Tuhan yang patut disembah, dan menolak segala bentuk syirik yang bertentangan dengan prinsip tauhid.

2. Menjaga Hubungan Baik dengan Orang Kafir

Surat ini mengajarkan untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang-orang kafir, meskipun terdapat perbedaan keyakinan.

Hal ini tercermin pada ayat ke-6 yang menyatakan, "Bagi kamu agamamu, dan bagiku agamaku."

Dalam ayat tersebut, menjelaskan tentang toleransi, persaudaraan, dan perdamaian antara umat Islam dan orang-orang kafir.

3. Menjaga Kesucian Aqidah

Surat ini mendorong umat Islam untuk menjaga kesucian aqidah atau keyakinan mereka. Ayat ke-4 menyatakan, "Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.

Mengajarkan umat Islam untuk tetap teguh dan tidak terpengaruh oleh tawaran yang mungkin diberikan oleh orang-orang kafir.

4. Toleransi yang Tinggi

Surat ini mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang memiliki sikap toleransi dan menghormati perbedaan keyakinan.

Dengan menegaskan bahwa umat Islam tidak memiliki hak untuk memaksakan keyakinannya kepada orang kafir, surat ini menunjukkan bahwa Islam mendorong hidup secara damai dan menghormati keragaman keyakinan.

Pesan yang Terkandung dalam Surat Al Kafirun

Surat Al Kafirun memberikan pelajaran kepada umat Islam agar tidak terjerumus oleh pengaruh orang kafir dalam aspek beribadah dan beriman kepada Allah SWT.

Terdapat sejumlah pesan yang disampaikan dalam surat ini, di antaranya:

1. Penolakan Terhadap Penyembahan Selain Allah

Ayat 2, 3, 4, dan 5 menegaskan larangan menyembah atau beribadah kepada selain Allah.

Pesan ini mengingatkan umat Islam bahwa ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah, dan tidak boleh mengikuti agama atau kepercayaan yang berbeda.

2. Tidak Memaksa Kepercayaan Orang Lain

Ayat 6 menyiratkan pesan bahwa setiap individu memiliki kebebasan memilih agamanya sendiri, dan setiap keyakinan harus dihormati tanpa adanya paksaan.

Hal ini menekankan nilai kebebasan beragama dan menghargai keragaman keyakinan.

3. Berpegang Teguh pada Keyakinan

Ayat 1 menegaskan pentingnya umat Islam untuk berani menyatakan perbedaan keyakinan dengan orang kafir.

Pesan ini mengajarkan bahwa umat Islam harus teguh pada keyakinan mereka dan tidak terpengaruh oleh pandangan atau tekanan dari pihak lain.

Tafsir Surat Al Kafirun

Tafsir Surat Al Kafirun (Foto: Parboaboa/Winda) 

Dilansir dari laman resmi bersamadakwah.net, tafsir Surat Al-Kafirun telah dirangkum dari beberapa tafsir, seperti Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir, dan Tafsir Al Misbah.

Ayat 1

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

Artinya: Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,

Kata qul (قل) yang berarti “katakanlah” merupakan firman Allah dan perintah-Nya agar Rasulullah menyampaikan ayat ini kepada orang-orang kafir, secara khusus kafir Quraisy. Yakni sebagai jawaban atas tawaran mereka.

Kata ini membuktikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al Quran yang disampaikan oleh malaikat Jibril.

Seandainya ada sesuatu yang disembunyikan, yang paling wajar adalah menghilangkan kata qul ini.

Kata al kafirun (الكافرون) berasal dari kata kafara (كفر) yang berarti menutup. Disebut kafir karena hatinya tertutup, belum menerima hidayah Islam.

Siapapun yang tidak menerima Islam, maka ia adalah kafir. Baik itu orang-orang musyrik maupun ahli kitab. Sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al Bayyinah: 6).

Ayat 2

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

Artinya: aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

Kata a’budu (أعبد) merupakan bentuk kata kerja masa kini dan akan datang (fi’il mudhari’).

Ini merupakan penegasan bahwa Rasulullah tidak akan menyembah tuhan mereka baik di masa kini maupun masa depan.

Menurut Ibnu Katsir, makna maa ta’buduun adalah berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang mereka ada-adakan.

Rasulullah tidak akan menyembah mereka dan tidak akan memenuhi ajakan orang kafir dalam sisa usianya.

Ayat 3

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Artinya: Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.

Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang kafir itu juga tidak akan menyembah Tuhan yang disembah Rasulullah di masa kini dan masa datang.

Meskipun nantinya penduduk Mekkah berbondong-bondong masuk Islam, namun orang-orang yang mendatangi Rasulullah untuk mengajak menyembah Tuhan mereka, semuanya tidak masuk Islam bahkan mati terbunuh dalam kondisi kafir.

Ibnu Katsir menjelaskan, maa a’bud (ما أعبد) adalah Allah semata. Lafazh maa bermakna man.

Ayat 4

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ

Artinya: Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah

Ada sebagian mufassir yang menyamakan makna ayat 4 ini dengan ayat 2. Kemudian, menyamakan makna ayat 5 dengan ayat 3.

Padahal jika diperhatikan kata yang digunakan, akan didapati makna yang terkandung di dalamnya.

Kata ‘abadtum (عبدتم) merupakan bentuk kata kerja masa lampau (fi’il madhi). Berbeda dengan kata ta’budun (تعبدون) pada ayat 2 yang merupakan fi’il mudhari’.

Perbedaan maa ta’buduun dan maa ‘abadtum ini menunjukkan bahwa apa yang mereka sembah di masa kini dan esok bisa berbeda dengan apa yang mereka sembah di masa kemarin.

Sedangkan untuk Allah yang diibadahi Rasulullah, digunakan kata yang sama yakni maa a’bud. Menunjukkan konsistensi ibadah dan ketaatan hanya kepada Allah.

Ayat 5

وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ

Artinya: dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.

Perhatikan redaksi ayat 3 dan ayat 5 ini. Sama-sama digunakan kata maa a’bud (ما أعبد) yang merupakan bentuk kata kerja masa kini dan masa datang (fi’il mudhari’).

Menegaskan bahwa apa yang beliau sembah tidak berubah.

Sayyid Qutb mengatakan bahwa ayat ini merupakan penegasan terhadap ayat sebelumnya agar tidak ada lagi salah sangka dan kesamaran.

Syaikh Muhammad Abduh mengatakan, ayat 2 dan ayat 3 menjelaskan perbedaan yang disembah. Sedangkan ayat 4 dan 5 menjelaskan perbedaan cara beribadah.

Ayat 6

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.

Kata diin (دين) artinya adalah agama, balasan, kepatuhan dan ketaatan. Sebagian ulama memilih makna balasan karena menurut mereka orang kafir Quraisy tidak memiliki agama.

Sedangkan yang mengartikan din sebagai agama, bukan berarti Rasulullah mengakui kebenaran agama mereka namun mempersilakan menganut apa yang mereka yakini.

Didahulukannya kata lakum (لكم) dan liya (لي) menggambarkan kekhususan karena masing-masing agama berdiri sendiri dan tidak perlu dicampur adukan.

Ibnu Katsir mengambil kutipan dari Imam Bukhari yang menyatakan bahwa "lakum diinukum" merujuk pada kekafiran, sementara "waliya diin" merujuk pada Islam.

Sayyid Qutb dengan tegas menyatakan, "Aku berada di sini dan kamu berada di sana! Tidak ada tempat untuk bersilang, tidak ada jembatan, dan tidak ada jalan tengah antara aku dan kamu!"

Beliau menegaskan, "Jahiliyah adalah jahiliyah, dan Islam adalah Islam. Perbedaan di antara keduanya sangatlah besar."

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menekankan, "Mengenai masalah aqidah, antara tauhid, yaitu mengesakan Allah, tidak dapat sama sekali dikompromikan atau dicampuradukkan dengan syirik. Apabila tauhid bercampur dengan syirik, itu berarti kemenangan bagi syirik."

Tajwid Surat Al Kafirun

Hukum tajwid Surat Al Kafirun ayat 1-6 adalah sebagai berikut:

Ayat 1

  • "يٰۤاَ يُّهَا": Mad jaiz munfasil karena huruf mad bertemu hamzah di kata lain, dibaca panjang 2, 4, atau 5 harakat.
  • "الْكٰفِرُوْنَۙ": Alif lam qamariyah karena alif lam bertemu huruf kaf yang dibaca jelas. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf kaf berharakat fathah dan tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya sepanjang 2 harakat. Termasuk mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf waqaf.

Ayat 2

  • "لَاۤ اَعْبُدُ": Mad jaiz munfasil karena huruf mad bertemu hamzah di kata lain, dibaca panjang 2, 4, atau 5 harakat.
  • "مَا": Mad asli atau mad thabi’i karena huruf mim berharakat fathah dan tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, maupun tasydid. Cara membacanya sepanjang 2 harakat. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf waqaf.

Ayat 3

  • "وَلَاۤ اَ نْتُمْ": Mad jaiz munfasil karena huruf mad bertemu hamzah di kata lain. Cara membacanya sepanjang 2, 4, atau 5 harakat.
  • "اَ نْتُمْ": Ikhfa karena huruf nun sukun bertemu huruf ta, dibaca samar dengan dengung. Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu huruf ‘ain, dibaca jelas.
  • "اَ نْتُمْ عٰبِدُوْنَ": Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ‘ain berharakat fathah dan tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya sepanjang 2 harakat.

Ayat 4

  • "وَلَاۤ اَ نَا": Mad jaiz munfasil karena huruf mad bertemu hamzah di kata lain, dibaca sepanjang 2, 4, atau 5 harakat.
  • "اَ نَا": Tanda sifrul mustathil dengan tanda bulatan kecil di atas huruf alif, dibaca huruf nun dengan panjang. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ‘ain berharakat dhamah bertemu alif dan tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya sepanjang 2 harakat.
  • "عَابِدٌ": Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ‘ain berharakat fathah bertemu alif dan tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya sepanjang 2 harakat.

Ayat 5

  • "وَلَاۤ اَ نْتُمْ": Mad jaiz munfasil karena huruf mad bertemu hamzah di kata lain, dibaca sepanjang 2, 4, atau 5 harakat.
  • "اَ نْتُمْ": Ikhfa karena huruf nun sukun bertemu huruf ta, dibaca samar dengan dengung. Idzhar syafawi karena huruf ‘ain berharakat fathah dan tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya sepanjang 2 harakat.
  • "اَ نْتُمْ عٰبِدُوْنَ": Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ‘ain berharakat fathah dan tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya sepanjang 2 harakat.
  • "مَاۤ اَعْبُدُ": Mad jaiz munfasil karena huruf mad bertemu hamzah di kata lain, dibaca sepanjang 2, 4, atau 5 harakat.
  • "مَاۤ اَعْبُدُ": Qalqalah kubra karena huruf qalqalah dal diwaqaf. Cara membacanya dipantulkan dengan lebih tebal.

Ayat 6

  • "لَكُمْ دِيْنُكُمْ": Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu huruf dal, dibaca dengan jelas.
  • "لَكُمْ دِيْنُكُمْ": Mad asli atau mad thabi’i karena huruf dal berharakat kasrah bertemu ya’ sukun dan tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya sepanjang 2 harakat.
  • "دِيْنُكُمْ ÙˆÙŽ": Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu huruf wau, dibaca dengan jelas.
  • "وَلِيَ دِيْنِ": Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf waqaf. Cara membacanya dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.


Cara Mengamalkan Surat Al Kafirun

Berikut ini adalah beberapa cara mengamalkan surat Al Kafirun sesuai dengan isi kandungannya, di antaranya:

  1. Yakin bahwa Islam adalah agama yang lurus, serta tidak melakukan penyembahan kepada selain Allah SWT.
  2. Menjauhi perilaku-perilaku yang mendekatkan diri pada kesyirikan.
  3. Saling menghormati antar umat beragama.
  4. Tidak melakukan pemaksaan kepada orang lain untuk memeluk agama tertentu.
  5. Tetap berbuat baik terhadap umat agama lain.
  6. Tidak menganggu umat beragama lain yang sedang beribadah.
  7. Tidak mencampuradukkan perkara akidah dan ibadah.
  8. Tidak menghina agama lain.
  9. Selalu berbuat adil terhadap umat beragama.
  10. Tidak boleh membenci orang lain dikarenakan perbedaan keyakinan.

Demikianlah uraian mengenai surat Al Kafirun ayat 1-6, lengkap dengan kandungan, makna, tafsir, tajwid, dan beberapa cara mengamalkan surat tersebut dalam kehidupan kita.

Surat ini mengandung pesan yang sangat penting bagi umat muslim yang bertujuan untuk memperkuat iman, memantapkan keyakinan terhadap kebenaran ajaran Islam dan selalu menerapkan sikap toleransi antar umat beragama. Semoga bermanfaat dan nantikan artikel Islami lainnya hanya di Parboaboa.

Editor: Ratni Dewi Sawitri
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS