PARBOABOA – Bacaan tahiyat akhir memiliki peran penting dalam pelaksanaan shalat bagi umat Islam. Tahiyat adalah doa yang dibacakan oleh seorang Muslim saat berada dalam tahapan duduk terakhir dalam shalat.
Dalam konteks ini, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai dua organisasi besar di Indonesia, memiliki perbedaan dalam bacaan Tahiyat Akhir.
Muhammadiyah, dalam melaksanakan shalat, memilih salah satu bacaan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan metodologi (manhaj) tarjih.
Hal ini menciptakan perbedaan dalam bacaan shalat Muhammadiyah dibandingkan dengan NU.
Meskipun esensi dasar dari doa tersebut tetap sama, perbedaan tersebut mencakup penggunaan bahasa Arab, Latin, serta makna dan penjelasan yang terkait.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam mengenai doa tahiyat akhir Muhammadiyah dan artinya, melibatkan bahasa Arab, Latin, serta memberikan pemahaman terkait perbedaan bacaannya dengan NU.
Bacaan Tahiyat Akhir Muhammadiyah Arab, Latin, dan Artinya
Melansir buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap Plus 2022 oleh Moh. Rifa'I (2021), doa tahiyat akhir Muhammadiyah Latin hampir sama dengan bacaan tahiyat awal, yang membedakan hanya penambahan sholawat nabi saja.
Setelah sujud kedua dan sebelum salam, berikut bacaan yang bisa dilafalkan:
التَّØÙيَّات٠الْمÙبَارَكَات٠الصَّلَوَات٠الطَّيّÙبَات٠لÙلَّه٠السَّلاَم٠عَلَيْكَ أَيّÙهَا النَّبÙىّ٠وَرَØْمَة٠اللَّه٠وَبَرَكَاتÙه٠السَّلاَم٠عَلَيْنَا وَعَلَى عÙبَاد٠اللَّه٠الصَّالÙØÙينَ , أَشْهَد٠أَنْ لاَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ Ø¥Ùلاَّ اللَّه٠وَأَشْهَد٠أَنَّ Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙولÙÙ‡Ù , اللَّهÙمَّ صَلّ٠عَلَى Ù…ÙØَمَّد٠، وَعَلَى آل٠مÙØَمَّدÙ
وَعَلَى آل٠مÙØَمَّد٠، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى Ø¥ÙبْرَاهÙيمَ وَعَلَى آل٠إÙبْرَاهÙيمَ ØŒ Ø¥Ùنَّكَ ØÙŽÙ…Ùيدٌ مَجÙيدٌ ØŒ اللَّهÙمَّ بَارÙكْ عَلَى Ù…ÙØَمَّد٠، وَعَلَى آل٠مÙØَمَّد٠، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى Ø¥ÙبْرَاهÙيمَ ØŒ وَعَلَى آل٠إÙبْرَاهÙيمَ ØŒ Ø¥Ùنَّكَ ØÙŽÙ…Ùيدٌ مَجÙيدٌ
Bacaan Latin: At tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatulillaah. As salaamu'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wabarakaatuh, assalaamu'alaina wa'alaa ibaadillaahishaalihiin. asyhaduallaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammad rasuulullaah.
Aallaahumma shalli'alaa muhammad, wa'alaa aali muhammad. kamaa shallaita alaa ibraahiim wa alaa aali ibraahiim. Wabaarik'alaa muhammad wa alaa aali muhammad. kamaa baarakta alaa ibraahiim wa alaa aali ibraahiim, fil'aalamiina innaka hamiidum majiid.
Artinya: “Segala ucapan selamat, keberkahan, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Allah. Ya Allah aku sampai shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarganya. Sebagaimana Engkau sampaikan shalawat kepada Nabi Ibrahim As., serta kepada para keluarganya. Dan, berikanlah keberkahan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, serta kepada keluarga. Sebagaimana, Engkau telah berkahi kepada junjungan kita Nabi Ibrahim, serta keberkahan yang dilimpahkan kepada keluarga Nabi Ibrahim. Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi Maha Kekal.”
Perbedaan Bacaan Tahiyat Akhir Muhammadiyah dan NU
Salah satu hal yang sejak dahulu sampai saat ini menjadi perbedaan doa tahiyat akhir Muhammadiyah lengkap dan NU di kalangan umat Islam adalah penambahan kata sayyidinâ yang bisa diartikan sebagai tuan atau baginda dalam bershalawat kepada Nabi atau dalam menuturkan nama mulia beliau di luar shalawat.
Dilansir jurnal Hukum Penambahan Kata Sayyidina pada Shalawat Tasyahud Akhir menurut Fatwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama oleh Fadlillah (2022), menurut Muhammadiyah, menambah, mengurangi, dan mengubah bacaan shalat termasuk larangan dalam agama.
Bacaan-bacaan atau doa-doa dalam ibadah termasuk bacaan-bacaan yang sudah ditentukan agama, oleh sebab itu menambah kata sayyidina pun di muka kata Muhammad dan Ibrahim termasuk yang tidak diperkenankan.
Adapun menurut Nahdlatul Ulama, menambahkan kata “sayyidina” dalam shalawat tahiyat akhir Muhammadiyah yang dibaca ketika shalat tidaklah bermakna seperti menanjung Isa AS sebagai anak Allah. Menambahkan kata sayyidina hanya bertujuan memuliakan beliau sebagai nabi dan teladan manusia.
Dalam menyikapi perbedaan bacaan tahiyat akhir Muhammadiyah dan NU, penting bagi Anda untuk tetap menjunjung tinggi semangat persatuan dan kebersamaan umat Islam.
Meskipun terdapat variasi dalam tata cara beribadah, esensi dari Tahiyat Akhir tetap mengandung nilai-nilai kesucian dan ketaatan kepada Allah.
Sementara memiliki pendekatan yang berbeda dalam bacaan tahiyat akhir Muhammadiyah Latin dengan NU, kesamaan dalam prinsip-prinsip dasar Islam seharusnya menjadi landasan untuk menciptakan harmoni di tengah-tengah perbedaan.
Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya toleransi dan persatuan di antara umat Muslim, sehingga setiap individu dapat menjalankan ibadahnya dengan penuh keikhlasan dan kesadaran akan persatuan umat.