PARBOABOA, Jakarta – Inspektorat Khusus (Itsus) dan Propam Polri mendalami aturan FIFA soal larangan penggunaan gas air mata terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Sampai saat ini, total 31 anggota Polri diperiksa terkait dugaan pelanggaran kode etik dalam pengamanan laga Arema FC vs Persebaya tersebut. Dengan demikian, terdapat tambahan 2 personel Polri yang diperiksa soal tragedi itu.
"Melakukan pemeriksaan terhadap 31 anggota Polri. Dari 31 anggota Polri tersebut, belum selesai (diperiksa) dilanjutkan juga pemeriksaan pada malam hari ini,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Polres Malang, Rabu (05/10/2022).
Dedi mengatakan pemeriksaan akan terus dilakukan secara mendalam sesuai dengan arahan Kapolri.
”Sesuai dengan arahan bapak Kapolri, ada beberapa hal yang harus betul-betul didalami," ucapnya.
Terdapat sejumlah aturan serta Peraturan Kapolri yang didalami terkait pemeriksaan terhadap 31 personel tersebut. Salah satunya adalah aturan FIFA yang melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola yang tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulation Pasal 19b.
"Banyak regulasi, Perkap 1/2009, Perkap 8/2009, Perkap 16 juga menjadi bagian, termasuk bagian aturan FIFA, semuanya didalami," kata Dedi.
Sebelumnya, tim investigasi bentukan Polri memeriksa 29 anggotanya terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu, (01/10/2022) malam.
"Tim penyidik dari Bareskrim dan Polda Jawa Timur masih terus maraton bekerja, saat ini sudah memeriksa para saksi sebanyak 29 orang," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Mapolres Malang, Selasa (04/10/2022).
Sebagaimana diketahui, terjadi kerusuhan saat laga Arema FC vs Persebaya dalam lanjutan Liga 1 2021/2022 pada Sabtu malam. Pada laga tersebut, tim tuan rumah mengalami kekalahan dari tim tamu dengan skor 2-3.
Akibat dari kekalahan tersebut, suporter Arema tidak terima yang lantas masuk ke lapangan sehingga terjadi kericuhan.
Hal ini kemudian memicu terjadinya bentrokan antara suporter dan pihak kepolisian. Melihat situasi yang keos, aparat kemudian menembakan gas air mata ke arah tribun.
Penonton yang panik lalu berlari dengan berdesak-desakan ke arah pintu keluar stadion. Lantaran terjadi penumpukan massa, banyak korban meninggal dunia akibat sesak nafas kekurangan oksigen.