PARBOABOA, Medan - Yuwandra, salah seorang warga Kota Medan, Sumatra Utara mengeluhkan pelayanan kesehatan dari Rumah Sakit Umum (RSU) Imelda, Selasa (12/9/2023).
Keluhan itu ia sampaikan saat rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi II DPRD Kota Medan.
Yuwandra mengaku dirinya sudah tidak memiliki solusi untuk biaya pengobatan anaknya, setelah tindakan operasi yang diduga salah oleh RSU Imelda. Ia kemudian menceritakan duduk perkara yang menimpa anaknya.
Awalnya, ada cacat di lubang anus anak Yuwandra. Setelah berusia 9 bulan, Yuwandra kemudian membawa anaknya ke RSU Imelda untuk dioperasi. Di RSU Imelda, anaknya dibuatkan lubang dubur untuk pembuangan kotoran. Setelah operasi itu, anaknya terlihat sehat dan dokter membolehkan Yuwandra memberi makan anaknya.
"Ternyata terjadi pembengkakan pada usus besar, sehingga saya langsung bawa anak saya ke rumah sakit di Penang (Malaysia)," ujarnya.
Saat dibawa ke rumah sakit di Penang, anak Yuwandra dioperasi kembali. Oleh rumah sakit di penang, letak anus anak Yuwandra disebut tidak di lokasi yang seharusnya. Selain itu, usus besar anak Yuwandra yang membengkak terpaksa dioperasi.
"Jadi buang air besar tidak melewati usus besar lagi," jelasnya.
Kepada Komisi II DPRD Medan, Yuwandra juga mengungkapkan biaya yang telah ia keluarkan untuk pengobatan anaknya mencapai ratusan juta rupiah.
"Ada 3 operasi yang dilakukan oleh RS di Penang. Operasi pertama sudah membutuhkan biaya sekitar Rp80 juta. Untuk operasi kedua tenggatnya bulan ini tapi kami sudah tidak memiliki uang, makanya kami ke sini untuk minta solusi," katanya.
Setelah menjelaskan kronologisnya, dokter di RSU Imelda yang juga mengoperasi anak Yuwandra, Saut Sutan Martua mengaku operasi yang ia lakukan sudah maksimal.
"Sebagai dokter dalam menangani pasien kalau bisa risiko minim hasil maksimal. Sebenarnya ada upaya lain seperti memberi lubang pada perut si anak, hanya saja akan berisiko tinggi terhadap psikologis si anak, terlebih dia sudah beranjak usia 3 tahun," ujarnya.
Sementara Direktur RSU Imelda, Hedy Tan mengaku akan mempelajari kembali rekam medis pengobatan anak Yuwandra.
"Kami harus pelajari dulu kondisi si anak saat ini. Kami juga tidak menutup kemungkinan bahwa pengetahuan kami belum sama dengan RS Penang oleh karena itu mungkin bisa rekam medis dari RS Penang diberikan kepada kami agar kami pelajari," ujarnya.
Saat disinggung solusi dari Ketua Komisi II DPRD Kota Medan, Sudari terkait dana tanggung jawab sosial (CSR) yang bisa dialokasikan untuk pengobatan anak Yuwandra, Hedy mengaku tidak bisa memutuskan hal tersebut dalam waktu dekat.
"Saya perlu rapat lagi kalau masalah pakai dana CSR," imbuhnya.