PARBOABOA, Pematangsiantar - Rusia kemungkinan besar bakal segera menguasai Provinsi Luhansk di Ukraina. Hal itu disampaikan oleh seorang pejabat senior Amerika Serikat kepada surat kabar The Washington Post.
Dilansir Business Insider, Selasa (14/6/2022), saat ini pertempuran masih terus berlanjut di Ukraina timur. Fokus serangan berada di kota-kota strategis seperti Severodonetsk.
Menurut para pejabat Ukraina, keberhasilan mereka melawan Rusia sangat bergantung pada penerimaan lebih banyak kiriman persenjataan dari Barat.
Karena itu, para pejabat Ukraina tanpa henti memohon kepada negara-negara Barat untuk terus mengirimkan lebih banyak persenjataan.
Karena, tanpa adanya persenjataan yang layak, maka sebuah wilayah di timur Ukraina bisa segera jatuh di bawah kekuasaan Rusia.
Pejabat senior AS yang enggan disebut namanya mengatakan kepada The Washington Post jika Oblast Luhansk bakal segera jatuh di bawah kendali Rusia dalam hitungan minggu.
Ia juga menambahkan jika Kota Severodonetsk dan Lysychansk sangat rentan dan bisa dikuasai pasukan Moskow pekan depan.
Usai gagal total merebut ibu kota Kyiv, Rusia mengarahkan perhatian militernya ke Donbas, wilayah pusat perindustrian utama di Ukraina. Di sana, Moskow telah membuat kemajuan yang sangat signifikan
Donbas, yang mencakup Luhansk dan Donetsk, berbatasan langsung dengan Rusia. Wilayah itu dihuni oleh separatis pro-Moskow yang diperangi Ukraina sejak 2014.
Ketika pertempuran berlanjut di wilayah timur, kota strategis Severodonetsk menjadi tujuan utama ofensif Rusia. Karena memang sebagian besar berada di bawah kendali Rusia.
Awal bulan ini pejabat Ukraina mengeklaim jika pasukannya telah merebut kembali beberapa kota dari tangan Rusia di timur.
Gubernur Luhansk Serhiy Haidai Sabtu pekan lalu memperkirakan bahwa Rusia akan menerjunkan seluruh pasukan cadangannya guna merebut Severodonetsk dalam beberapa hari ke depan.
Dengan persenjataan yang dimiliki saat ini, Ukraina tak mampu berbuat banyak. Mereka butuh lebih banyak persenjataan guna melawan serangan Rusia.
Wakil Kepala Intelijen Militer Ukraina Vadym Skibitsky menyebut jika artileri Rusia jelas-jelas melampaui Ukraina.
"Ukraina memiliki satu artileri sedangkan Rusia memiliki 10 hingga 15 artileri. Mitra Barat telah memberi kami sekitar 10 persen dari apa yang mereka miliki," kata Skibitsky kepada laman The Guardian.
Skibitsky juga menambahkan jika keberhasilan Ukraina menahan pasukan Rusia tergantung pada apakah negara itu menerima lebih banyak senjata dari negara-negara Barat atau tidak.
Pekan lalu, Inggris berjanji bakal mengirim sistem roket berpemandu canggih ke Ukraina untuk membantu mempertahankan diri dari artileri jarak jauh yang digunakan Rusia.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dua pekan lalu juga berjanji bakal mengirim sistem roket dan amunisi moderen ke Ukraina.