Ancaman Resesi Global Mulai Menghawatirkan, Jokowi Buka Suara

Presiden Jokowi sebut adanya sinyal resesi ekonomi global (Dok: harianjogja.com)

PARBOABOA, Jakarta - Resesi ekonomi memang menjadi salah satu momok menakutkan bagi semua negara di dunia. Pasalnya, fenomena ini dapat mempengaruhi sektor pajak, investasi, bahkan kualitas hidup masyarakat.

Belakangan ini, berbagai perkembangan terkait laporan perekonomian global pun semakin menghawatirkan. Ekonomi global kini dihantui oleh ancaman terjadinya resesi.

Sinyal resesi semakin kuat usai sebelumnya OECD melaporkan inflasi di bulan Mei mencapai 9,6% year-on-year(yoy), ditambah lagi dengan rilisnya Composite Leading Indicator/CLI negara OECD melemah.

Sinyal resesi juga sudah mulai muncul di Eropa, Amerika Serikat (AS), bahkan China. Hal tersebut di ungkapkan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Lantas bagaimana nasib Indonesia?

"Kalau resesi terjadi di Eropa, AS, atau China terjadi Indonesia akan berat dari sisi ekspornya. Karena banyak ekspor kita ke AS dan China. Tapi ekspor itu sumbangannya rendah ke PDB, hanya 16% saja," ujar Jokowi dalam pertemuan dengan sejumlah Pemimpin Redaksi Media Massa, Rabu (13/7).

Jokowi pun mengatakan, pendorong terbesar ekonomi Indonesia sebenarnya adalah konsumsi masyarakat. Oleh karenanya, pemerintah akan terus bekerja keras menjaga daya beli dengan terus berusaha menstabilkan harga pangan dan juga energi, meskipun kondisi pangan dan energi dunia saat ini sedang mengalami krisis akibat perang Rusia dan Ukraina.

Untuk soal pangan, Jokowi sempat melontarkan penyataan bahwa dirinya sangat percaya diri Indonesia mampu memenuhi swasembada beras. Sebab, ia mengatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir Indonesia tidak mengimpor beras.

Selain itu, Jokowi juga menilai produktivitas beras di dalam negeri akan terus meningkat. Hal itu karena infrastruktur pertanian seperti bendungan yang terus dibangun, mulai menunjukkan pengaruh positif terhadap produktivitas beras dalam negeri.

Kembali ke masalah resesi, Jokowi mengatakan pemerintah akan berupaya keras menjaga kinerja perekonomian. Ia pun meminta dengan tegas kepada para menteri untuk fokus bekerja.

Perihal kinerja fiskal atau anggaran pemerintah, Jokowi optimis defisit APBN 2022 akan berada di bawah 4% dari PDB, atau bahkan bisa sampai 3,5 % dari PDB.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyatakan bahwa prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2022 masih baik di angka 5,1%.

"Ini masih bagus dan kita bisa bertahan," tegasnya.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS