PARBOABOA, Jakarta - Kabar angin yang berhembus menyebutkan Bandara Kualanamu di Deli Serdang, Sumatera Utara, telah dijual ke investor India membuat heboh beberapa hari belakangan ini. Isu tersebut muncul usai PT Angkasa Pura II menjual kepemilikan sahamnya sebesar 49 persen kepada perusahaan asal India bernama GMR Airport Internasional.
Namun menurut jawaban yang dikeluarkan Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulingga, mengatakan bandara hanya bermitra dengan perusahaan tersebut untuk mengelola Kualanamu.
Arya memastikan AP II masih menjadi pemilik saham mayoritas di bandara, dengan kepemilikan 51 persen saham.
"Dengan Kerjasama ini, komposisi saham PT Angkasa Pura Aviasi menjadi 51% mayoritas dimiliki oleh AP2 dan Mitra Strategis GMR 49%" kata Arya, dikutip dari akun Twitter pribadinya, Sabtu (27/11).
Kedua perusahaan akan bermitra hingga 25 tahun kedepan. Setelah 25 tahun aset tersebut akan dikembalikan kepada AP II.
"Jadi aset tersebut tetap milik AP2 bukan dijual asetnya, jadi keliru kalau mengatakan terjadi penjualan Aset," katanya.
Dalam kerjasama ini, menurut Arya ada sejumlah keuntungan yang akan didapat pemerintah Indonesia. Yang pertama AP II akan mendapat dana Rp 1,58 triliun dari mitra. Dana ini bisa dimanfaatkan untuk pembangunan bandara lainnya di Indonesia.
Kedua, perusahaan partner akan membayarkan uang Rp 58 triliun untuk pembangunan bandara. Perusahaan asal india itu akan melakukan pencairan dan tahap sebesar Rp3 triliun.
Dia memastikan jika aksi melepas 49 persen saham itu membuat perseroan tidak perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 58 triliun untuk pengembangan Bandara Kualanamu, karena proyek pembangunan bandara justru ditanggung oleh mitra.
"Ini namanya memberdayakan aset tanpa kehilangan aset, bahkan asetnya membesar berkali-kali lipat," tuturnya.