PARBOABOA – Dalam agama Islam, penyakit ain adalah pandangan kagum atau takjub disertai dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk yang mengakibatkan adanya bahaya pada orang yang dilihatnya.
Penyakit yang datang ke dalam diri kita ternyata dapat ditimbulkan dari dalam hati. Tidak hanya penyakit fisik maupun non fisik, tetapi bisa juga penyakit yang menghantui juga dapat menyebabkan penurunan kondisi tubuh dan sulit untuk disembuhkan.
Selain itu, penyakit ini juga dapat membahayakan diri sendiri dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Di dalam Islam, penyakit yang tidak kasat mata dikenal dengan istilah penyakit ain.
Untuk megetahui lebih jelas, berikut ini dijelaskan tentang apa itu penyakit ain beserta ciri-cirinya. Berikut penjelasannya!
Penyakit Ain dalam Islam
Ain adalah penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata. Disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan:
إصابة العائن غيرَه بعينه
“Seorang yang memandang, menimbulkan gangguan pada yang dipandangnya” (Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, hal. 69).
Dijelaskan oleh Al Lajnah Ad Daimah:
مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ØŒ وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ØŒ ثم تَتبعه كيÙية Ù†Ùْسه الخبيثة ØŒ ثم تستعين على تنÙيذ سمها بنظرها إلى المَعÙين
“‘Ain dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).
Gangguan dari ‘ain bisa berupa penyakit, kerusakan atau bahkan kematian.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
العين ØÙ‚ØŒ ولو كان شيء سابق القدر سبقته العين
“Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim no. 2188).
Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:
كانَ رَسول٠الله٠صَلَّى اللَّه٠عليه وسلَّمَ يَأْمÙرÙÙ†ÙÙŠ أَنْ أَسْتَرْقÙÙŠÙŽ Ù…ÙÙ†ÙŽ العَيْنÙ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memintaku agar aku diruqyah untuk menyembuhkan ‘ain” (HR. Muslim no.2195).
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أكثر٠مَن يموت بعدَ قضاء٠الله٠وقَدَرÙه٠بالعينÙ
“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206).
Dan kabar Nabawi ini wajib kita imani, bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan pernah terjadi. Dan tentunya sangat mudah bagi Allah untuk membuat adanya penyakit yang semisal ‘ain ini. Dan nyata penyakit ini juga banyak disaksikan adanya oleh orang-orang, yaitu ketika didapati adanya orang-orang yang jatuh sakit secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.
Ciri-Ciri Penyakit Ain
- Sering merasakan sakit kepala yang berpindah-pindah
- Wajah pucat seperti kekuning-kuningan
- Keringat sering keluar tanpa henti dan sering juga buang air kecil
- Kurangnya nafsu makan
- Seperti mati rasa baik lidah maupun beberapa anggota tubuh lainnya
- Badan terasa panas dingin silih berganti
- Getaran detak jantung berdebar cepat dan tidak beraturan
- Merasakan sakit pada punggung bawah dan bahu keduanya sering saling berpindah
- Dada serasa sesak dan sering merasa sedih tanpa disadari
- Pada malam hari sering mengeluarkan keringat meski hawa udara tidak panas
- Seringkali meluapkan emosi yang tidak terkontrol
- Rasa takut yang amat sangat
- Sering datang rasa malas, baik dalam bekerja ataupun melakukan hal baik lainnya
- Suka banyak tidur yang tidak terkontrol
Cara Mencegah Penyakit Ain dalam Islam
Adapun orang yang terlanjur terkena ‘ain maka yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Allah Ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ Ù…Ùنْ Ù…ÙصÙيبَة٠إÙلَّا بÙØ¥Ùذْن٠اللَّـه٠ۗ وَمَنْ ÙŠÙؤْمÙنْ بÙاللَّـه٠يَهْد٠قَلْبَه٠ۚ وَاللَّـه٠بÙÙƒÙÙ„ÙÙ‘ شَيْء٠عَلÙيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).
Dan hendaknya ia bertawakkal hanya kepada Allah. Ia meyakini bahwa satu-satunya yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
ÙˆÙŽØ¥ÙÙ† يَمْسَسْكَ اللَّـه٠بÙضÙرÙÙ‘ Ùَلَا كَاشÙÙÙŽ لَه٠إÙلَّا Ù‡ÙÙˆÙŽ
“jika Allah menimpakan suatu mudharat kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Allah sendiri” (QS. Al An’am: 17).
Jika orang yang terkena ‘ain bertawakkal kepada Allah sepenuhnya, maka pasti Allah akan sembuhkan. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّه٠ÙÙŽÙ‡ÙÙˆÙŽ ØَسْبÙÙ‡Ù
“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah pasti Allah akan penuhi kebutuhannya” (QS. Ath Thalaq: 3).
Dan hendaknya orang yang terkena ‘ain mengusahakan sebab-sebab yang bisa menyembuhkan penyakit ‘ain, diantaranya:
1. Mandi dari air bekas mandi orang yang menyebabkan ‘ain
Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhum, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
العين ØÙ‚ ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين ØŒ وإذا استغسلتم Ùاغسلوا
“‘Ain itu benar adanya. Andaikan ada perkara yang bisa mendahului takdir, maka itulah ‘ain. Maka jika kalian mandi, gunakanlah air mandinya itu (untuk memandikan orang yang terkena ‘ain)” (HR. Muslim no. 2188).
2. Mandi dari air bekas wudhu orang yang menyebabkan ‘ain
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Umamah bin Sahl di atas. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir bin Rabi’ah untuk berwudhu dan menyiramkan air wudhunya kepada Sahl yang terkena ‘ain. Dalam riwayat yang lain:
Ùَأَمَرَ عَامÙرًا أَنْ يَتَوَضَّأَ، Ùَغَسَلَ وَجْهَه٠وَيَدَيْه٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ الْمÙرْÙَقَيْنÙØŒ وَرÙكْبَتَيْه٠وَدَاخÙÙ„ÙŽØ©ÙŽ Ø¥ÙزَارÙÙ‡ÙØŒ وَأَمَرَه٠أَنْ يَصÙبَّ عَلَيْهÙ
“Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir untuk berwudhu. Lalu Amir membasuh wajah dan kedua tangannya hingga sikunya, dan membasuh kedua lututnya dan bagian dalam sarungnya. Lalu Nabi memerintahkannya untuk menyiramkannya kepada Sahl” (HR. An Nasa’i no. 7617, Ibnu Majah no. 3509, Ahmad no. 15980, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata :
كانَ ÙŠÙؤمَر العائÙÙ†ÙØŒ ÙيتوضّأÙØŒ ثم يَغْتَسÙل٠منه المَعÙينÙ
“Dahulu orang yang menjadi penyebab ‘ain diperintahkan untuk berwudhu, lalu orang yang terkena ‘ain mandi dari sisa air wudhu tersebut” (HR Abu Daud no 3885, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.2522).
Ruqyah Syar’iyyah
Sebagaimana hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha, ia berkata:
يا رسول الله ØŒ إن بني جعÙر تصيبهم العين ØŒ Ø£Ùنسترقي لهم ØŸ ØŒ قال : نعم ØŒ Ùلو كان شيء سابق القدر لسبقته العين
“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain” (HR. Tirmidzi no.2059, Ibnu Majah no. 3510, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).
Ada beberapa cara meruqyah orang yang terkena ‘ain, diantaranya dengan membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:
باسْم٠الله٠يÙبْرÙيكَ، ÙˆÙŽÙ…Ùنْ ÙƒÙلّ٠دَاء٠يَشْÙÙيكَ، ÙˆÙŽÙ…Ùنْ شَرّ٠ØَاسÙد٠إذَا Øَسَدَ، وَشَرّ٠كÙلّ٠ذÙÙŠ عَيْنÙ
/bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin/
(dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang yang menyebabkan ‘ain) (HR. Muslim no.2185).
Atau membaca doa-doa ruqyah dari hadits-hadits shahih yang lainnya, serta ayat-ayat Al Qur’an. Dan semua ayat-ayat Al Qur’an bisa untuk meruqyah.
Demikianlah penjelasan mengenai penyakit ain dalam agama Islam, semoga bermanfaat bisa menambah wawasanmu!