PARBOABOA, Jakarta - Salah satu pusat perbelanjaan terkenal di Jakarta yaitu Pasar Tanah Abang telah mengalami penurunan jumlah pengunjung yang signifikan akibat popularitas penjual live streaming.
Penjual-penjual tersebut menawarkan produk-produk fashion secara online dengan harga yang lebih murah, mengurangi daya tarik untuk berbelanja secara fisik di pasar tradisional.
Hal ini telah menyebabkan penurunan omset bagi pedagang-pedagang di Tanah Abang dan menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan pasar tersebut.
Meskipun demikian, beberapa pedagang di Tanah Abang telah mencoba untuk beradaptasi dengan perubahan ini dengan cara membuka toko online mereka sendiri atau menghadirkan produk-produk mereka dalam platform live streaming.
Namun, persaingan yang ketat dengan penjual live streaming yang sudah mapan membuat tantangan yang signifikan.
Pemerintah dan asosiasi pedagang lokal telah berupaya untuk mengatasi masalah ini dengan mengadakan program pelatihan dan dukungan teknologi bagi pedagang agar dapat bersaing dalam era digital.
Selain itu, upaya-upaya promosi dan revitalisasi pasar juga sedang dilakukan untuk meningkatkan minat pengunjung.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyoroti bahwa penurunan omzet pedagang di Pasar Tanah Abang telah mencapai lebih dari 50 persen, dan dia mencatat kemungkinan bahwa situasi ini bisa berkelanjutan.
Teten juga menekankan bahwa pemerintah telah mencatat perihal ini, dengan perhatian khusus terhadap perluasan regulasi untuk mengatur barang-barang impor yang masuk ke Indonesia.
Padahal, sebelumnya Presiden Joko Widodo telah berulang kali mengingatkan untuk tidak mengimpor barang yang bisa diproduksi sendiri.
Kemudian, Teten juga menyinggung artis hingga influencer yang meng-endorse produk-produk impor.
Produk tersebut difasilitasi melalui siaran langsung atau secara daring. Teten menganggap bahwa dukungan yang diberikan oleh publik figur juga berdampak pada situasi para pedagang saat ini.
Dia mencatat bahwa banyak produk jadi yang diimpor dan dipasarkan dengan harga yang kompetitif. Akibatnya, produk-produk lokal mengalami kesulitan dalam bersaing baik di pasar fisik maupun dalam ranah online.
Dilansir dari berbagai sumber, penurunan omzet di Pasar Tanah Abang juga memiliki dampak sosial ekonomi yang signifikan, di antaranya:
1. Penurunan Pendapatan Pedagang
Penurunan omzet berarti penurunan pendapatan bagi pedagang yang beroperasi di Tanah Abang. Banyak pedagang yang bergantung pada pasar ini sebagai sumber utama penghasilan mereka.
Penurunan ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan mengancam keberlanjutan usaha mereka.
2. Potensi Hilangnya Pekerjaan
Jika penurunan omzet berlanjut, ada potensi hilangnya pekerjaan di Tanah Abang. Pedagang mungkin akan terpaksa mengurangi staf mereka atau bahkan menutup bisnis mereka. Hal ini dapat mengakibatkan pengangguran di wilayah sekitar pasar.
3. Pengaruh Terhadap Pemasok Lokal
Selain pedagang, pemasok lokal yang memasok produk ke Tanah Abang juga akan merasakan dampak penurunan omzet.
Mereka mungkin menghadapi penurunan pesanan dan pendapatan mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi keberlanjutan bisnis mereka.
4. Penurunan Pendapatan Daerah
Pemerintah daerah biasanya memperoleh pendapatan dari pajak yang dikenakan pada bisnis dan pedagang di Pasar Tanah Abang.
Penurunan omzet pasar dapat mengakibatkan penurunan pendapatan daerah, yang dapat memengaruhi kemampuan pemerintah untuk menyediakan layanan publik dan infrastruktur.
5. Dampak Sosial
Penurunan pendapatan pedagang dan pekerjaan dapat berdampak pada tingkat kemiskinan dan kesejahteraan sosial di sekitar Tanah Abang. Ini dapat meningkatkan tekanan sosial dan ekonomi pada komunitas lokal.
6. Ketidakpastian Masa Depan
Ketidakpastian tentang masa depan pasar dapat menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Pengusaha dan investor mungkin akan berpikir dua kali sebelum menanamkan modal mereka.
7. Penurunan Daya Beli Konsumen
Jika banyak pekerja kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan, hal ini dapat berdampak pada daya beli konsumen di wilayah tersebut.
Hal ini dapat mengurangi permintaan atas berbagai produk dan jasa, termasuk yang tidak terkait langsung dengan Tanah Abang.