IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah, Pelaku Pasar Bersikap Wait and See

Ilustrasi IHSG dan Rupiah yang makin melemah pada perdagangan hari ini. (Foto: PARBOABOA/Fika)

PARBOABOA, Medan – Pada penutupan bursa perdagangan sore ini, asing membukukan transaksi beli bersih senilai Rp1 triliun di pasar saham.

Meski demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0.08 persen dievel 6.850,097.

IHSG terpantau berada di zona hijau sesaat perdagangan dibuka serta menjelang istirahat siang.

Selama seharian IHSG banyak ditransaksikan di zona merah dan sempat menyentuh 6.821 sebagai posisi terendahnya.

Mata uang Rupiah juga ditutup melemah di level 16.290 per US Dollar. Kinerja mata uang Rupiah sempat menyentuh 16.300 per US Dollar sebagai level terlemah hari ini.

Kinerja mata uang rupiah bergerak dalam rentang angka yang terbatas selama sesi perdagangan berlangsung.

Di mana pelemahan mata uang Rupiah justru lebih banyak dipicu oleh memburuknya ekspektasi pemangkasan bunga acuan Bank Sentral AS.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan pada dasarnya The FED besar kemungkinan masih akan mempertahankan besaran bunga acuannya besok.

Namun, yang menjadi persoalan selanjutnya adalah pasar membutuhkan gambaran yang lebih akurat terkait dengan proyeksi pemangkasan bunga acuan.

Sehingga, data inflasi akan lebih memberikan bobot ekspektasi kebijakan The FED yang lebih besar. Terlebih jika The FED justru tidak memberikan gambaran yang lebih konkrit terhadap kebijakan bunga acuan ke depan.

Sementara itu, harga emas ditransaksikan relatif stabil dengan kecenderungan menguat pada perdagangan sore.

Harga emas ditransaksikan di level 2.315 US Dollar per ons troy nya. Hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan harga di sesi perdagangan pagi.

Harga emas juga menanti bagaimana arah kebijakan The FED ke depan. “Sekalipun The FED memberikan nada dovish di pekan ini, harga emas tetap berpeluang untuk menguat,” ujar Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Rabu (12/06/2024).

Menurut Gunawan Benjamin harga emas masih tetap diuntungkan dengan meningkatnya tensi geopolitik global.

Sebelumnya, data inflasi China yang dirilis pada pagi hari tadi menunjukkan bahwa inflasi year on year pada bulan Mei stabil di angka 0.3 persen.

Laju tekanan inflasi di China yang bergerak stabil direspon dengan memburuknya kinerja mayoritas bursa di Asia pada perdagangan pagi ini.

Namun, IHSG masih mampu berkinerja positif di awal sesi perdagangan pagi ini. IHSG masih bergerak sideways dengan kecenderungan menguat di kisaran level 6.857 pada sesi awal perdagangan.

Setelah rilis data inflasi China, maka pelaku pasar selanjutnya akan tertuju pada rilis data inflasi Amerika Serikat malam ini.

Sehingga tidak ada lagi agenda ekonomi penting yang akan merubah peta pasar. Kecuali memang ada kejutan baru selama sesi perdagangan.

Namun, pasar saham tetap akan berpeluang bergerak volatile dengan risiko di mana pasar saham bisa saja ditutup di zona merah.

Gunawan Benjamin menuturkan, ada ancaman di mana sinyal hawkish yang lebih jelas justru bisa menekan kinerja pasar keuangan lebih dalam. Pasalnya, pasar tengah menanti data inflasi, kebijakan bunga acuan hingga pidato The FED.

Di sisi lain, Gunawan Benjamin mengungkapkan, mata uang Rupiah yang paling akan terdampak dengan sejumlah agenda penting dari AS pada hari ini.

Berdasarkan sejumlah eksternal dari luar khususnya AS, pasar keuangan di tanah air bisa saja berkinerja sangat buruk nantinya di pekan ini.

“Dan pada hari ini saya menilai IHSG berpeluang bergerak dalam rentang 6.800 hingga 6.870. Sementara mata uang Rupiah akan berkonsolidasi sementara di level 16.300. Untuk harga emas, pada pagi ini relatif stabil di kisaran 2.312 US Dollar per ons troy nya,” tandas Gunawan Benjamin.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS