PARBOABOA, Jakarta – Ditengah pandemi ini, aktivitas pencatatan perusahaan baru pada Bursa Efek Indonesia (BEI) masih tetap semarak. Indonesia bahkan menjadi pasar dengan aktivitas pencatatan saham baru terbanyak di Asia Tenggara.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi mengatakan, gairah investasi di pasar modal Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami reli positif selama beberapa waktu belakangan.
Ia juga menyampaikan, pencatatan saham di BEI masuk 10 besar pencatatan tertinggi di dunia dalam tiga tahun terakhir sejak 2018-2020.
"Berdasarkan EY global tren IPO, Indonesia masih masuk 10 besar pencatatan tertinggi di dunia dalam tiga tahun berturut-turut 2018-2020," ujar dia saat konfrensi virtual SimInvestLab "Fast Track to Become First Class Investor", Kamis (7/10).
Data dari BEI mencatat, hingga awal Oktober sudah ada 38 perusahaan baru yang menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di tahun ini dengan total perolehan dana sebesar Rp32,15 triliun. Catatan ini membuat perusahaan tercatat di BEI sudah mencapai 750 perusahaan.
Ke depannya, Inarno optimistis pertumbuhan emiten-emiten baru di Indonesia akan terus berlangsung. Hingga awal Oktober, BEI masih memiliki 24 calon emiten di daftar tunggu atau pipeline untuk mencatatkan sahamnya di bursa Indonesia.
“Mudah-mudahan 24 perusahaan yang ada di pipeline itu bisa listed tahun ini,” pungkas Inarno.
Selain itu, Inarno menambahkan, pihaknya sedang diskusi intensif bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pemangku kepentingan lain mengenai regulasi IPO perusahaan rintisan atau startup.
"Di luar penyusunan aturan, pada 6 Agustus 2021, Bukalapak resmi sebagai unicorn pertama di ASEAN (catatkan saham), tak hanya di bursa tapi juga ASEAN," kata dia.
BEI juga mencatat kebangkitan investor domestik sejak 2020. Ini ditunjukkan dengan kepemilikan saham oleh investor domestik terutama ritel. Investor domestik membukukan transaksi 48,4 persen dari total rata-rata nilai transaksi harian Rp 9,2 triliun pada 2020.
"Secara persentase melonjak di atas 40 persen dalam lima tahun terakhir. Berlanjut pada 2021, dominasi investor ritel makin dominasi, porsi 60 persen per akhir Agustus 2021," kata dia.
Inarno menambahkan, investor muda juga mendominasi di pasar modal Indonesia. Ia menilai, hal tersebut tren baik seiring investor muda terus meningkat. Ini juga upaya dari BEI untuk melakukan sosialisasi hingga edukasi kepada masyarakat.
"Tertinggi usia 18-25 tahun. Lebih dari 50 persen investor ritel didominasi investor muda dan milenial. Hal ini merupakan tren baik," kata dia.
BEI juga mencatat rata-rata transaksi harian meningkat menjadi Rp 13,2 triliun pada 2021. Inarno mengatakan, realisasi rata-rata transaksi harian itu naik 43 persen dibandingkan 2020 Rp 9,21 triliun. Inarno mengatakan, lonjakan transaksi itu didorong pemakaian teknologi makin marak melalui online trading.