PARBOABOA, Medan - Penghujung 2022, investor di pasar modal biasanya merealisasikan rencana-rencana investasi yang belum dilakukan sepanjang tahun dengan menyiapkan strategi investasinya di 2023 mendatang.
Kepala Perwakilan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatra Utara, M Pintor Nasution mengatakan, umumnya investor lebih banyak mengalokasikan dana investasi ke saham-saham blue chips dengan kapitalisasi pasar yang besar dan tercatat di papan pasar saham, karena mereka tipe investor jangka panjang.
Dikatakan Pintor, Desember 2022 menjadi waktu bagi investor untuk mengevaluasi portofolio investasi. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan, pertama, perkembangan hasil investasi. Kedua, mencari informasi mengenai outlook atau prediksi atas situasi pasar finansial, sehingga bisa melakukan penyesuaian komposisi portofolio.
“Ketiga, mengevaluasi apakah komposisi portofolio saat ini masih sesuai dengan jangka waktu dan tujuan investasi yang ingin dicapai," kata Pintor di Medan, Jumat (09/12/2022).
Pintor menjelaskan, usai evaluasi dilakukan, hasilnya menjadi dasar melakukan rebalancing portfolio. Contohnya, di awal tahun komposisi portofolio seorang investor sebanyak 70 persen ada di saham dan 30 persen di obligasi.
Kemudian, pada kuartal ketiga menjelang akhir tahun ternyata potential gain saham melebihi keuntungan dari investasi di obligasi. Sehingga terjadi perubahan komposisi menjadi 90 persen dana dalam bentuk saham dan 10 persen dana obligasi.
Lebih lanjut, pada proses evaluasi inilah, investor harus memperhatikan apakah dana investasinya telah berkembang sesuai dengan harapan dan tujuan keuangan yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Oleh karena itu perlu dilakukan rebalancing portfolio yang bisa dilakukan dengan cara pemindahan (switching) antar kelas aset, ataupun penambahan dana baru secara berkala (dollar cost averaging),” jelasnya,
Pintor juga menyebut, bagi investor dengan profil risiko moderat yang ingin mengejar ketertinggalan, bisa memasukkan sedikit porsi saham untuk meningkatkan imbal hasil pada portofolio. Sementara untuk investor yang konservatif, sebaiknya tidak memasukkan produk saham ke dalam portofolionya.
Sedangkan untuk investor tipe agresif, bisa mengisi semua portofolio dengan instrumen saham, atau mengalokasikan sedikit ke surat utang negara atau obligasi korporasi sebagai pengaman jika pasar saham sedang mengalami guncangan.
"Pemilihan produk investasi menjelang akhir tahun dan prospek investasi di masa depan akan memberikan peluang untuk para investor di pasar saham mewujudkan tujuan keuangan jangka panjangnya," pungkas Pintor.