PARBOABOA, Jakarta - PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) akan segera melakukan pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) dan dijadwalkan bergabung di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Februari mendatang.
Bank daerah yang akan menggunakan kode BSMT ini berencana untuk menawarkan 2,93 miliar lembar saham dengan harga penawaran berada di rentang Rp350 sampai Rp510 per lembar, sehingga perusahaan diperkirakan akan menyerap dana segar maksimal RP1,49 triliun.
Rencananya, 80 persen dana yang didapat dari pencatatan saham ini akan digunakan untuk modal kerja Bank Sumut guna mendukung ekspansi bisnis termasuk kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi.
Sementara 20 persen sisanya akan digunakan sebagai modal untuk perluasan jaringan dan pengembangan teknologi informasi, rinciannya untuk capital expenditure (capex) dan operational expenditure (opex) masing-masing 10%.
Untuk memperlancar proses pencatatan saham perdananya, Bank Sumut telah menunjuk empat sekuritas sebagai penjamin pelaksana efek, yaitu Aldiracita Sekuritas Indonesia, BRI Danareksa Sekuritas, RHB Sekuritas Indonesia dan UOB Kay Hian Sekuritas.
Sebelumnya, telah ada tiga bank pembangunan daerah yang tercatat di BEI. Tiga bank itu antara lain, Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR), Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), dan Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS).
Dilihat dari laporan keuangannya pada tahun lalu, Bank Sumut berhasil mencatatkan kinerja yang baik dengan menghasilkan laba mencapai Rp716 miliar pada tahun 2022.
Bank Sumut nantinya akan menjadi bank daerah ke-empat yang bergabung di BEI, setelah Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR), Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), dan Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS).
Adapun BJBR mencatatkan saham perdana di BEI sekitar 8 Juli 2010. Perseroan memiliki kapitalisasi pasar Rp 14,15 triliun. Sementara itu, BJTM mencatatkan saham perdana pada 12 Juli 2012. Adapun kapitalisasi pasar saham BJTM Rp 10,59 triliun.