Kemendikbud Genjot Pelestarian Bahasa Daerah di Lingkungan Keluarga, Apa Manfaatnya?

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim (tengah) hadir dalam Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) 2024 di Jakarta (Foto: kemdikbud.go.id).

PARBOABOA, Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia terus menyuarakan pentingnya penggunaan bahasa daerah di lingkungan keluarga.

Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan Pusat, Franka Makarim dalam pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN) 2024 di Jakarta, menyebutkan bahwa bahasa daerah memiliki banyak manfaat positif untuk anak-anak.

Ia menyinggung sejumlah hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa anak-anak yang fasih berbahasa Indonesia memiliki perkembangan kognitif dan peningkatan intelektual yang lebih cepat. 

Di samping itu, anak-anak yang terbiasa dengan bahasa daerah cenderung memiliki kemampuan literasi dan keterampilan berkomunikasi yang baik. 

Baginya, dua keutamaan tersebut menjadi fondasi yang perlu ditumbuhkan ke anak sejak usia dini.

"Di saat yang sama, berkomunikasi menggunakan bahasa daerah dapat menguatkan ikatan kekeluargaan dan kebersamaan di dalam rumah," ungkap Franka dalam keterangan tertulis yang diterima PARBOABOA, Kamis (02/04/2024).

Pelestarian bahasa daerah, lanjut Franka perlu dibuat mengingat adanya gelombang disrupsi yang ditandai oleh masifnya perkembangan teknologi.

Disrupsi dinilai memiliki pengaruh negatif yang mengikis tatanan budaya lokal dan kebiasaan hidup masyarakat, termasuk penggunaan bahasa daerah.

Masyarakat secara umum dan anak-anak secara khusus lebih suka menggunakan bahasa gaul (slang) karena dinilai cocok dengan konteks pergaulan.

Mereka merasa lebih mudah diterima dengan penggunaan model bahasa tersebut. Sementara bahasa daerah dinilai sebagai warisan yang kuno dan sudah seharusnya ditinggalkan.

Bagi Franka, persoalan ini menjadi hal yang serius dan perlu upaya kolaboratif dari pemerintah dan sejumlah pemangku kepentingan untuk merumuskan strategi bersama guna mengembalikan bahasa daerah sebagai bahasa keseharian.

Fungsi Bahasa Daerah

Beberapa manfaat positif bahasa daerah sebagaimana dijelaskan Franka memiliki pertalian dengan temuan Guru Besar Filsafat Jawa Universitas Negeri Yogyakarta (UNJ), Sutrisna Wibawa. 

Baginya, ada tiga fungsi pokok bahasa daerah, yakni sebagai alat komunikasi, edukatif, dan kultural.

Sebagai alat komunikasi, jelas Sutrisna, bahasa mengandung nilai kearifan lokal, hormat, dan sopan santun. Sebagai misal, ia mencontohkan penggunaan bahasa Jawa yang menunjukkan penghormatan di antara  pembicara yang satu dan lain.

"Dalam bahasa Jawa itu berlaku penggunaan unggah-ungguh, dan dalam unggah-ungguh terkandung nilai hormat di antara para pembicara, yaitu orang yang berbicara (O1), orang yang diajak berbicara (O2), dan orang yang dibicarakan (O3)," ungkap Sutrisna.

Lebih lanjut, fungsi edukatif bahasa daerah diarahkan agar anak dapat memperoleh nilai-nilai budaya daerah untuk pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. 

Terakhir, fungsi kultural bahasa diarahkan untuk menggali dan menanamkan kembali nilai-nilai budaya guna membangun identitas dan menanamkan filter dalam menyeleksi pengaruh budaya luar.

"Jika fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan edukasi telah terlaksana, maka sebenarnya fungsi kultural dapat tercapai," ujarnya.

Melalui fungsi komunikasi dan edukasi, ia yakin bahwa bahasa mampu berperan dalam membentuk nilai-nilai budaya di suatu daerah.

Terkait semua fungsi di atas, baik Franka maupun Sutrisna setuju agar bahasa daerah mampu dilestarikan di tengah masyarakat, terutama dalam lingkup keluarga.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS