Kenaikan Bunga Acuan Pengaruhi Daya Beli Masyarakat di Sumut

Ilustrasi kenaikan bunga acuan yang dikeluarkan Bank Indonesia mempengaruhi daya beli masyarakat. (Foto: PARBOABOA/Fika)

PARBOABOA, Medan – Di luar ekspektasi pasar pada umumnya, Bank Indonesia menaikkan bunga acuan di tengah pelemahan mata uang Rupiah.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Rabu (24/04/2024) mengatakan keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan besaran bunga acuan sebesar 25 poin menjadi 6.25% akan berdampak pada kenaikan ekonomi.

Menurut Gunawan Benjamin, biaya-biaya ekonomi yang menjadi lebih mahal dengan naiknya suku bunga acuan.

Sementara itu di sisi lainnya, kenaikan suku bunga acuan ini akan memperburuk daya beli masyarakat yang sejauh ini sudah menghemat belanjanya.

Bagi wilayah Sumatera Utara, kenaikan suku bunga akan merugikan eksportir yang selama ini diuntungkan dengan pelemahan Rupiah. Pasalnya, salah satu cara BI untuk meredam gejolak Rupiah adalah dengan menaikkan suku bunga acuan.

“Walau begitu, menaikkan bunga acuan ini belum bisa menjamin akan menekan US Dollar dalam waktu lama,” ujar Gunawan Benjamin.

Namun, pada hari ini mata uang Rupiah terpantau menguat di kisaran 16.160 per US Dollar nya.

Selanjutnya, Gunawan Benjamin memaparkan kenaikan bunga acuan dipastikan akan mengakibatkan biaya input produksi mengalami peningkatan.

Pasalnya, banyak perusahaan atau industri yang mengandalkan modal dari perbankan. Walaupun dalam konteks ini kenaikan bunga acuan tidak akan langsung membuat bunga pinjaman disesuaikan atau juga mengalami kenaikan.

Gunawan Benjamin memperkirakan setidaknya dibutuhkan waktu tiga bulan yang akan datang untuk melihat penyesuaian bunga pinjaman.

Akan tetapi, jika US Dollar tidak bisa ditekan sampai di bawah 16 ribu rupiah, maka pada dasarnya biaya input produksi akan tetap naik seiring pelemahan Rupiah yang sudah terjadi sebelumnya.

Tidak hanya itu, kenaikan suku bunga acuan juga sangat berpotensi memicu tekanan pada pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera Utara.

Kenaikan suku bunga acuan ini dijelaskan Gunawan Benjamin tidak hanya akan berdampak negatif pada perekonomian di Indonesia khususnya Sumatera Utara.

Gunawan Benjamin memperkirakan jika nantinya Rupiah bisa menguat di bawah 16 ribu per US Dollar setelah kenaikan bunga acuan, bisa disimpulkan biaya input produksi akan kembali pada posisi saat Rupiah di angka 15.800 per US Dollar.

Meskipun di sisi lain, penguatan Rupiah bisa membuat harga komoditas unggulan Sumatera Utara seperti sawit, karet atau kopi mengalami koreksi harga.

Kebijakan menaikkan bunga acuan ini setidaknya menghindarkan potensi tekanan pada Rupiah seiring dengan langkah Bank Sentral AS yang diragukan akan menurunkan bunga acuan.

Apalagi jika dirilis data ekonomi di Amerika Serikat justru menunjukkan ekonomi AS dalam kinerja yang kuat.

Jadi, kenaikan bunga acuan saat ini akan mengurangi potensi gejolak Rupiah di masa yang akan datang.

Sehingga, stabilitas ekonomi Sumatera Utara relatif bisa lebih dijaga dibandingkan dengan membiarkan Rupiah bergejolak atau melemah.

Ditambah lagi, jika tidak ada lagi konflik atau perang, stabilitas ekonomi Sumatera Utara dari gejolak Rupiah bisa terhindarkan. Seperti potensi kenaikan harga pangan yang dipicu oleh pelemahan Rupiah itu sendiri.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS