Menelusuri Asal Kerupuk Rambak, Lengkap dengan Proses Pembuatan dan Manfaatnya

Kerupuk rambat (Foto: Instagram@alfathmart.id)

PARBOABOA - Buat para pecinta kerupuk sejati, pasti sudah sangat familiar dengan kerupuk rambak, bukan?

Kerupuk rambak adalah salah satu makanan khas di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur yang mampu memikat selera dan memberikan kepuasan yang luar biasa setiap kali dinikmati.

Terbuat dari bahan utama kulit sapi atau kerbau yang telah melalui proses pengolahan khusus, makanan ini hadir dengan karakteristik yang unik dan memikat hati.

Di setiap gigitannya, kerupuk ini menghasilkan suara renyah yang menggoda dan memberikan sensasi tekstur yang kering dan renyah.

Tak hanya itu, aromanya yang harum dan menggugah selera langsung membangkitkan nafsu makan dan membuat kita sulit berhenti untuk mencicipinya.

Keistimewaan kerupuk rambak tidak hanya terletak pada rasa dan teksturnya yang menggugah, tetapi juga pada proses pembuatannya yang melibatkan keahlian dan ketelitian tinggi.

Mulai dari pemilihan bahan baku yang berkualitas hingga proses pengolahan yang teliti, setiap langkah dalam pembuatanya sangat penting untuk mencapai hasil akhir yang sempurna.

Tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang makanan ini? Kamu beruntung, karena Parboaboa telah merangkum sejarah dan cara membuat kerupuk rambak yang mudah diikuti. Jadi, jangan lewatkan informasi ini ya.

Sejarah Kerupuk Rambak

sejarah kerupuk rambak (Foto: Shutterstock/Din Imagination)

Camilan yang begitu mudah kita temukan ini, sebenarnya telah ada sejak abad ke-9 Masehi. Namun, popularitasnya melebar ke seluruh pelosok Nusantara pada abad ke-19 Masehi.

Di antara beragam jenis kerupuk, terdapat satu yang begitu terkenal di masa lalu, yaitu rambak. Sejarawan kuliner, Fadly Rahman, menjelaskan bahwa keberadaan rambak bahkan terdokumentasikan dalam prasasti Batu Pura.

Rambak ini terbuat dari kulit sapi atau kerbau, dan menjadi cikal bakal bagi berbagai jenis kerupuk yang hingga kini tetap bertahan.

Tak jarang kerupuk rambak sering disandingkan dengan kerupuk aci pada masa itu. Namun, keduanya umumnya disajikan untuk kalangan yang berbeda. Rambak dihidangkan sebagai hidangan mewah bagi mereka dari kalangan atas, seperti priayi, sementara kerupuk aci menjadi camilan versi kelas bawah yang lebih terjangkau secara ekonomi.

Proses pembuatan rambak melibatkan kulit ternak yang telah disiapkan tanpa lapisan selaput dan bulu. Kemudian, kulit tersebut dimasak hingga empuk dan dijemur hingga kering.

Namun, seiring berjalannya waktu, inovasi kuliner pun menghadirkan varian baru dari kerupuk kulit ini. Kini, kita dapat menemukan kerupuk kulit dalam hidangan krecek yang khas dari Yogyakarta.

Krecek adalah hidangan yang terdiri dari kerupuk kulit yang dimasak dengan berbagai bumbu dan disajikan dengan kuah gurih yang menggugah selera.

Perjalanan penyebaran kerupuk di Nusantara semakin berkembang pada abad ke-19. Naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi mencatat bahwa kerupuk, yang juga dikenal sebagai 'keropok' ini sangat disukai oleh penjajah Belanda.

Pada 1930, seorang pengusaha pionir bernama Sahidin membuka pabrik kerupuk pertama di Tasikmalaya, Jawa Barat. Usaha kerupuk ini berhasil mencapai kesuksesan yang gemilang.

Kini, kerupuk tidak lagi hanya terbatas pada kulit sapi. Terdapat beragam jenis kerupuk yang terbuat dari bahan-bahan seperti ikan, udang, bahkan beras, seperti kerupuk gendar.

Kerupuk telah menjadi bagian penting dari warisan kuliner Indonesia, dengan beragam variasi dan cita rasa yang melimpah.

Saat ini, kita dapat menikmati kerupuk dalam berbagai bentuk dan variasi, dari yang tradisional hingga yang modern. Kelezatan kerupuk telah memikat lidah orang Indonesia dan juga para pecinta kuliner di seluruh dunia.

Bahan Utama dan Proses Pembuatan Kerupuk Rambak

sejarah kerupuk rambak (Foto: Freepik/Dede Nurhasanudin)

Kerupuk rambak terbuat dari kulit sapi atau kerbau yang telah melalui proses pengolahan khusus. Pertama-tama, kulit sapi atau kerbau dibersihkan dengan air bersih dan dipotong menjadi lembaran tipis. Proses pembersihan ini penting untuk menghilangkan kotoran dan menjaga kebersihan kulit.

Setelah itu, kulit direndam dalam air garam selama beberapa jam. Rendaman air garam bertujuan untuk menghilangkan bau tidak sedap dan juga berfungsi sebagai pengawet alami. Proses perendaman ini memberikan waktu bagi garam untuk menyerap ke dalam kulit, sehingga menghasilkan rasa yang lebih gurih.

Setelah direndam, kulit dijemur di bawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering khusus. Proses pengeringan ini dilakukan hingga kulit benar-benar kering dan keras. Jika menggunakan sinar matahari, kulit akan dijemur dalam waktu yang cukup lama sampai mencapai tingkat kekeringan yang diinginkan. Namun, penggunaan alat pengering khusus dapat mempercepat proses pengeringan dengan hasil yang sama.

Setelah kulit kering, langkah selanjutnya adalah menggorengnya dalam minyak panas. Proses penggorengan ini bertujuan untuk membuat kerupuk mengembang dan menjadi renyah.

Ole-ole khas Tulungagung ini biasanya digoreng hingga warnanya berubah menjadi kecokelatan dan mengembang dengan ukuran yang lebih besar.

Setelah digoreng, kerupuk rambak diangkat dan ditiriskan dari minyak berlebih pada kertas minyak atau tisu dapur. Langkah ini penting agar kerupuk menjadi lebih kering dan tidak terlalu berminyak. Kerupuk kulit yang telah dingin dapat disimpan dalam wadah kedap udara untuk menjaga kelezatannya.

Kelezatan dan Manfaat Kerupuk Rambak

sejarah kerupuk rambak (Foto: Shutterstock/Dicky Algofari)

Kerupuk kulit rambak memiliki kelezatan yang khas. Setiap gigitannya menghasilkan suara renyah yang menggoda dan memberikan sensasi tekstur kering namun tetap menggigit.

Rasanya yang gurih dan nikmat segera menyebar di seluruh mulut begitu kerupuk ini masuk ke dalamnya.

Aroma harumnya yang menggugah selera langsung membangkitkan nafsu makan dan membuat kita sulit berhenti untuk mencicipinya.

Selain kelezatannya, kerupuk rambak juga memiliki manfaat sebagai makanan rendah kalori. Sebagai camilan rendah kalori, manfaat kerupuk rambak dapat menjadi alternatif yang baik bagi mereka yang ingin menjaga berat badan atau mengontrol asupan kalori harian.

Namun, tetap perhatikan jumlah yang dikonsumsi karena meskipun rendah kalori, terlalu banyak mengonsumsi kerupuk rambak juga dapat menyumbang kalori yang signifikan.

Sebagai panduan, dalam setiap 100 gram biasanya mengandung sekitar 400-500 kalori kerupuk rambak, tergantung pada cara pengolahan dan tambahan bahan lainnya.

Selain itu, kerupuk kulit ini juga mengandung protein, serat, dan beberapa mineral seperti kalsium dan fosfor yang penting untuk kesehatan tubuh. Protein merupakan zat yang diperlukan untuk memperbaiki dan membentuk jaringan tubuh, sementara serat membantu menjaga pencernaan yang sehat.

Namun, karena kerupuk kulit rambak umumnya digoreng dalam minyak, konsumsilah dengan bijak dan seimbang agar tetap memperoleh manfaat gizi yang seimbang.

Penting untuk mengonsumsi kerupuk kulit rambak sebagai bagian dari pola makan yang seimbang, dan juga melibatkan berbagai jenis makanan lainnya seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein lainnya.

Dalam hal variasi rasa, beberapa produsen juga menghadirkan kerupuk kulit ini dengan tambahan bumbu dan rempah-rempah untuk memberikan variasi rasa yang lebih kaya.

Hal ini memberikan pilihan yang beragam bagi pecinta kerupuk, sehingga setiap orang dapat menemukan varian yang sesuai dengan selera mereka.

Dalam upaya menjaga keberlanjutan dan warisan kerupuk rambak, penting bagi kita semua untuk terus mendukung dan mengapresiasi makanan tradisional ini.

Dengan memilih dan mengonsumsi kerupuk rambak, kita juga turut menjaga keberadaan produsen lokal dan mempertahankan kelestarian tradisi kuliner Indonesia.

Editor: Lamsari Gulo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS