Melihat Ulang Jejak Kerja Sama Indonesia dan Korea Selatan

Presiden Jokowi menyebut, bagi Indonesia kemitraan ASEAN dan Korea Selatan lebih kepada partnership of the future. (Foto: Setneg.go.id)

PARBOABOA, Jakarta - Korea Tourism Organizations baru saja menggelar 'Korea Culture and Travel Festival' yang menandai 50 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan.

Acara yang sudah digelar pada 1-3 September 2023 di Mal Kasablanka Jakarta Selatan itu, merupakan pameran promosi wisata berskla besar dalam rangka menarik wisatawan Indonesia untuk berkunjung ke Korea Selatan.

Dalam keterangannya, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia, Lee Sang Deok mengatakan, selain menandai hubungan kerja sama Korea dan Indonesia, festival ini juga menandakan industri pariwisata Korea Selatan yang kembali pulih setelah dihantam Covid-19.

Sementara itu, Presiden Jokowi saat membuka KTT ke-24 ASEAN-Korea, pada Rabu (6/9/2023) kembali menyinggung Korea Selatan soal kemitraan yang lebih menekankan partnership of the future, dengan pilar utama transisi energi dan digital.

Namun, transisi energi dan transformasi digital, demikian Jokowi, membutuhkan investasi dan transfer teknologi yang maksimal. Karena itu dibutuhkan kimitraan dan kolaborasi. 

Melihat Kembali Hubungan Indonesia - Korea Selatan

Kerja sama Indonesia dan Korea Selatan memang sudah terjalin lama. Hubungan diplomatik kedua negara sudah dimulai sejak September 1973. Namun, jauh sebelumnya, hubungan Korea Selatan dan Indonesia pada tingkat konsulat sudah dimulai sejak Agustus 1966.

Mengutip situs resmi Kementerian Luar Negeri RI, hubungan dan kerja sama bilateral kedua negara memasuki babak baru dalam kunjungan kenegaraan Presiden Moon Jae-in ke Indonesia tanggal 8-10 November 2017 lalu.

Saat itu, Korea Selatan dan Indonesia sepakat untuk meningkatkan status kemitraan menjadi special strategic partnership.  Fokus utama kerja sama ini menyasar sejumlah aspek utama, di antaranya perdagangan bilateral, pembangunan infrastruktur, pertahanan dan hubungan luar negeri, people-to-people exchanges, serta kerja sama reginonal dan global.

Dalam catatan Kemlu RI, hubungan bilateral Indonesia dan Korea Selatan yang erat tidak terlepas dari sumber daya dan keunggulan yang dimiliki masing-masing negara. Di sisi lain, kemajuan ekonomi dan politik Indonesia dan Korea Selatan yang sangat baik membuka peluang kerja sama yang semakin melebar di berbagai sektor.

Hubungan baik Korea Selatan dan Indonesia juga bisa dilihat dari intensitas kunjungan kedua negara dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 10-12 Desember 2014, Presiden Jokowi mengadakan kunjungan kenegaraan ke  ke Busan dalam rangka ASEAN-ROK Commemorative Summit ke-25 dan pertemuan bilateral.

Setahun setelahnya, pada 26-30 Agustus 2015, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla kembali melakukan kunjungan ke Korea Selatan. Selanjutnya, pada 15-18 Mei 2016, Presiden Jokowi kembali melakukan kunjungan ke kenegaraan ke Seoul.

Pada 8-10 November 2017, Presiden Republik Korea Moon Jae-in melakukan kunjungan balasan ke Indonesia. Lalu, disusul kunjungan Perdana Menteri Republik Korea Lee Nak-yon ke Indonesia, 18-21 Agustus 2018.

Beberapa pekan setelahnya, Presiden Jokowi kembali melakukan kunjungan kenegaraan ke Republik Korea pada 8-10 September 2018. Kemudian pada 25-26 November 2019, Jokowi kembali mengunjungi Korea untuk menghadiri ASEAN-ROK Commemorative Summit di Busan.

Kerja Sama Ekonomi

Pada Mei 2017, setelah pergantian pemerintahan di Republik Korea, Presiden Moon Jae-in menetapkan kebijakan New Southern Policy. Kebijakan ini berfokus pada hubungan Korea Selatan dengan sejumlah negara ASEAN, termasuk India.

Saat itu, Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi Presiden Moon. Kedua negara pun sepakat meningkatkan status hubungan menjadi 'Special Strategic Partnership'.

Hubungan ini berlandaskan pada semangat kesamaan prinsip dan nilai-nilai demokrasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM) dan kebijakan ekonomi terbuka.

Di sisi lain, Jokowi dan Presiden Moon sepakat bahwa kemitraan Indonesia dan Korea Selatan tidak sekadar hubungan transaksional semata, tetapi mesti didasari oleh semangat saling membantu.

Kedua negara pun menyepakati sejumlah bidang prioritas kerja sama yang tercantum dalam dokumen 'RI-RoK Joint Vision Statement for Co-Prosperity and Peace.'

Data statistik menunjukkan, Korea Selatan menjadi salah satu negara sumber investasi yang cukup strategis bagi Indonesia, begitu pun sebaliknya.

Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), total investasi Korea Selatan di Indonesia mencapai USD 8,5 miliar. Hal ini menjadikan Indonesia berada di urutan ke-2 di antara 8 negara ASEAN sebagai negara tujuan investasi.

Jika melihat total nilai realisasi investasi pada periode 2012 hingga semester I 2018, Korea Selatan menduduki posisi ke-4 dari 144 negara penyumbang investasi asing langsung (foreign direct investment/ FDI) di Indonesia.

Hal ini masih di luar sektor hulu migas dan keuangan. Berdasarkan data BKPM sampai dengan triwulan III 2018, tercatat 2.160 proyek dari Korea Selatan telah terealisasi dengan nilai realisasi investasi sebesar US$ 1.370,08 juta, atau naik US$ 3,5 juta dari periode yang sama di tahun 2017.

Sejak adanya kesepakatan kedua negara untuk meningkatkan hubungan bilateral pada level 'strategic partnership' menjadi ;special strategic partnership' pada bulan November tahun 2017, total perdagangan kedua negara pada tahun 2018 terus mengalami peningkatan, yaitu naik 12,58% dari perioede sebelumnya atau sebesar US$ 18,57 milyar.

Komposisi nilai perdagangan bilateral ini mencakup ekspor Indonesia ke Korea Selatan sebesar US$ 10,35 miliar, impor Indonesia dari ROK sebesar US$ 8,22 miliar, dengan surplus perdagangan sebesar US$ 2,13 miliar untuk Indonesia.

Sementara itu, pada tahun 2018 periode Januari hingga November, nilai perdagangan non-migas ROK dan Indonesia mencapai US$ 15,18 miliar. Dibandingkan tahun sebelumnya, nilai ini meningkat 9,40%. Indonesia pun mendapat surplus dengan nilai mencapai US$ 2,13 miliar.

Selain itu, beberapa produk Indonesia yang permintaannya meningkat adalah produk plywood, minyak nabati, alas kaki, dan produk setengah jadi dari besi dan baja. Sedangkan produk non-migas utama ekspor Indonesia ke Korea Selatan didominasi oleh produk primer seperti Batubara, karet alam, biji tembaga, pulp wood dan lain-lain. 

Di samping produk-produk tersebut, produk yang cukup berpotensi di pasar Korea Selatan antara lain  produk perikanan, makanan olahan, kopi, alas kaki, furniture, plywood, produk tekstil termasuk benang, charcoal, wood pellet, dan palm kernel shell.

Editor: Andy Tandang
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS