PARBOABOA, Jakarta - Masalah minyak goreng di Indonesia hingga kini tak kunjung terselesaikan. Awalnya mahal, eh sekarang malah langka. Padahal Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Sebelumnya Pemerintah berniat menekan harga minyak di pasaran dengan memberikan subsidi dan menetapkan harga jual minyak satu harga Rp 14 ribu. Namun entah lenyap kemana, minyak menjadi sulit ditemukan di pasaran.
Saking langkanya, ibu, bapak, dan anak-anak harus rela mengantri di supermarket dan bersikap seolah tak saling kenal hanya untuk mendapatkan 2 liter minyak per orang. Bahkan, minyak goreng resmi menjadi oleh-oleh wajib saat mengunjungi rumah pacar, menggantikan martabak.
Untuk mengatasi kelangkaan ini, pemerintah secara resmi mencabut aturan satu harga minyak goreng, sehingga harga jual minyak dikembalikan ke harga keekonomian.
Sebenarnya sejak menjadi langka, dugaan adanya penimbunan sudah mencuat, namun sayangnya hingga kini para penimbun tak bertanggung jawab tersebut masih belum terungkap.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi juga menduga jika memang ada mafia minyak goreng yang menjadi dalang kelangkaan ini. Dugaan Mendag ini disampaikannya saat menghadiri rapat dengan Komisi VI DPR pada Kamis (17/3).
Menurutnya ada tiga wilayah yaitu Sumut, Surabaya, dan Jakarta, yang sebenarnya sudah mendapat kucuran minyak goreng dalam jumlah yang cukup, namun saat dicek kelapangan, masyarakat tetap kesulitan mencari minyak.
Di Medan misalnya, pemerintah sudah mengguyur 25 juta liter minyak goreng. Sementara menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah warga Medan hanya 2,5 juta orang. Sehingga setiap satu orang warga bisa mendapat jatah 10 liter minyak goreng.
"Namun, saya pergi ke Kota Medan, saya pergi ke pasar, saya pergi ke supermarket tidak ada minyak goreng," kata Lutfi.
Hal yang sama juga terjadi di Surabaya yang mendapat jatah 91 juta liter minyak, kemudian di Jakarta sebanyak 85 juta liter. Seharusnya minyak tersebut cukup untuk kebutuhan untuk seluruh warga, namun tetap saja terjadi kelangkaan.
"Jadi spekulasi kami adalah ini ada orang-orang yang mengambil kesempatan di dalam kesempitan," kata Lutfi.
Lokasi daerah-daerah tersebut yang dekat dengan pelabuhan mencuatkan dugaan, jika minyak yang seharusnya disalurkan di dalam negeri malah diseludupkan ke luar negeri.
Mendag sangat menyayangkan tindakan-tindakan orang tak bertanggung jawab tersebut, namun dia sangat mengaku tak bisa menindak para pelaku karena bukan kewenangannya.
"Dengan permohonan maaf, Kemendag tidak dapat mengontrol karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat," katanya.
Lutfi kemudian menyerahkan persoalan ini ke Satuan Tugas Pangan yang dibentuk Polri, agar pengusutan dan penangkapan para mafia ini dapat segera dilakukan.