PARBOABOA, Pematangsiantar - Untuk yang kesekian kalinya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku kesulitan menemukan asal-usul virus Covid-19.
Dilansir Reuters, Jumat (10/6/2022), hasil penyelidikan WHO tidak dapat disimpulkan, karena sebagian data terkait virus Corona dari China tidak jelas.
"Semakin lama penyelidikan, menjadi semakin sulit," kata pejabat senior WHO Maria Van Kerkhove.
Para ahli WHO juga menyampaikan bahwa seluruh data yang berhasil di dapat sejauh ini menduga virus Corona yang memicu Covid-19 berasal dari hewan, lebih spesifik kelelawar.
Kesimpulan itu tak jauh berbeda dari data PBB yang diambil dari perwakilan mereka yang melakukan investigasi ke China pada 2021 lalu.
Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Februari telah melayangkan dua surat kepada pemerintah China untuk meminta informasi terbaru terkait perkembangan virus Corona.
Menanggapi itu, pemerintah Negeri Tirai Bambu sempat memberikan data tambahan kepada WHO, tetapi data itu tidak cukup untuk mengungkap asal-usul Corona.
WHO ingi segera mengungkap asal-usul virus tersebut sebagai upaya mencegah wabah serupa di masa mendatang. Tetapi langkah itu menemui jalan buntu.
Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens (SAGO), yang merupakan panel penyelidik WHO, mengatakan kekurangan data untuk mengungkap asal-usul Covid-19.
WHO sendiri mengaku berutang pada dunia terkait virus Corona, terutama kepada mereka yang telah kehilangan nyawa akibat virus tersebut.
"Kami berutang pada diri kami sendiri, kami berutang kepada jutaan orang yang meninggal dan miliaran orang yang sudah terinfeksi," kata Maria Van Kerkhove.
Dari data yang diperoleh WHI, tidak ada infornasi duhaan kemungkinan bahwa virus yang bernama resmi SARS-CoV-2 itu berasal dari kebocoran laboratorium. Data ilmiah juga diperlukan guna mengungkap asal-usul Covid-19.
Tim panel merinci empat kemungkinan asal-usul Covid-19 yang diurutkan dari yang paling memungkinkan hingga mustahil.
Hipotesa pertama yakni penularan langsung dari hewan ke manusia, penularan lewat hewan perantara, penyebaran lewat produk makanan beku, dan yang terakhir penyebaran akibat kebocoran lab di Wuhan.
