PARBOABOA, Pematang Siantar - Lima tahun kesabaran yang dilalui Harry Timbul Harahap, pengusaha olahan buah pala menunggu tanamannya menghasilkan. Jalan yang lama itu, kini membuahkan hasil. Produk dari kerja kerasnya sudah dikenal banyak orang dan terjual hingga antar provinsi di Indonesia.
Ditemui Parboaboa belum lama ini, Harry bercerita tentang jerih payahnya membudidayakan pohon buah pala di perkebunannya. Dia merawat tanamannya dengan perlakuan khusus dan 2020 menjadi titik awal merasakan hasil.
Perjalanannya memulai menanam buah pala berawal dari kedatangannya ke rumah salah satu keluarganya di Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan pada 2012 lalu. Di sana, ia melihat tanaman jenis rempah ini tumbuh subur dan banyak dibudidayakan.
“Saya pun merasa tertarik,” katanya, saat ditemui di kediamannya Jalan Melanthon Siregar, Kota Siantar.
Kembali dari Aceh, Harry tertantang memulai membudidayakannya. Memanfaatkan lahan di pekarangan rumah, pada Maret 2013 menjadi titik awal dan saat ini sudah 150 bibit tanaman buah pala ditanamnya. Setiap hari dengan penuh hati-hati, tumbuhan rimbun itu dirawatnya.
Pada 2019, menjadi tahun pertama bagi Harry menikmati hasil panen. Saat itu, dia masih menjualnya dalam bentuk biji pala dan fuli (bunga pala), sedangkan daging buahnya dibuang.
Melihat daging buah pala yang dibuang begitu saja, Harry putar otak untuk berinovasi. Dibuatnya lah produk turunan sirup dan saat ini menjadi salah satu minuman unggulan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menghasilkan omset hingga Rp20 juta per bulan.
“Kalau saya bilang, sudah tidak ada lagi yang namanya limbah. Semua bagian dari buah pala bisa jadi cuan,” ucapnya.
Inovasi Harry tak berhenti sampai di situ, dia juga membuat beberapa jenis olahan makanan dan minuman lainnya dari buah pala, yakni sirup, manisan, dodol dan selai pala.
Dari Buah Pala Pergi ke Turki
Harry yang awal memulai karir buah pala, dengan sekarang mengalami banyak kemajuan. Dia pernah merasakan beberapa kali jatuh bangun dalam menjajaki bisnisnya. Mulai dari kebunnya yang diserang hama ulat buah dan menyebabkan hasil panennya berkurang hingga terkendala di pemasaran.
“Sekarang saya sudah menikmati hasil panennya, dari lima tahun waktu yang dihabiskan untuk menunggu,” jelasnya.
Harry yang dijuluki Uwak Pala merupakan sosok pantang menyerah, beragam ujian dilaluinya dengan semangat. Berkat kegigihannya, sirup buah palanya semakin dikenal banyak orang. Ia memutuskan bergabung ke kelompok UMKM di Pematang Siantar dan aktif mengikuti berbagai kegiatan pameran di sekitar kawasan Danau Toba.
Produk olahan buah pala Harry sudah di pasarkan ke luar Kota Pematang Siantar. Konsumennya ada dari Batu Bara, Aceh, Jawa, Jogja, Kalimantan, Karawang dan provinsi lainnya dengan memanfaatkan kekuatan media sosial.
Akhir 2022 menjadi pencapaian yang membanggakan bagi Harry. Sirup buah pala hasil produksinya masuk dalam salah satu UMKM yang berkesempatan mengikuti pameran hahal expo di Turki.
“Alhamdulillah, pada 24-26 November 2022, sirup pala kita berkesempatan ikut pameran di Turki ‘Halal Expo dari Kementerian Kominfo,” ungkapnya.
Jadi Agrowisata
Harry memiliki harapan besar ke tanaman buah pala yang ditanamnya. Inovasi akan terus dilakukan dan berencana melakukan hilirisasi dalam bentuk madu pala, sabun pala, balsem pala, dan minyak atsiri dari buah pala.
Harry selain menjual produk turunan dari buah pala, dia juga memasarkan bibit unggulan dengan harga yang kompetitif. Perkebunannya saat ini menjadi lokasi agrowisata yang terbuka untuk umum.
“Harapan kedepannya, saya ingin menjadikan tempat ini sebagai lokasi agrowisata, untuk bisa dikunjungi banyak orang. Saat ini saja, sudah ada beberapa mahasiswa yang datang.” katanya.
Para mahasiswa yang datang, tidak hanya sekadar berkujung, tapi juga melakukan penelitian. “Kita sudah membantu mahasiswa untuk skripsi, jadi objek penelitian skripsi,” ucapnya.
Menjadikan tanaman rempah-rempah sebagai olahan makanan tentu menjadi sesuatu yang berbeda dan unik. Hal itu juga yang menjadi tantangan bagi Wak Pala dalam memasarkan produknya.
Bersama istri dan anak, Uwak Pala masih rutin membagikan produknya secara gratis di sekitar Taman Merdeka Kota Pematang Siantar, agar produknya bisa dicicipi banyak orang.
“Hari Sabtu dan Minggu pagi, saya, istri dan anak pergi keliling mencari orang yang olahraga, yang duduk-duduk hanya untuk menawarkan dan mencicipi rasa. Itu tantangan di saya, mengenalkan rasa pala di kota ini,” jelasnya.
Dia memproduksi sirup buah pala setiap minggu dan menghabiskan bahan baku hingga 70-80 kilogram untuk sekali produksi.
Harry memiliki harapan besar dari buah pala yang ditanamnya, diproduksi lalu dipasarkannya. Kedepan dia ingin merambah pasar internasional dan membuka lapangan pekerja seluas-luasnya. Pemerintah juga diinginkan bisa memberikan akses kemudahan bagi pelaku UMKM dalam hal bantuan dana, pelatihan dan koneksi.