PARBOABOA, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan agar stok kedelai Indonesia tidak tergantung pada pasokan impor.
Melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menyebutkan, Jokowi memerintahkan melakukan penanaman besar-besaran untuk jagung, kedelai, cabai dan bawang. Hal ini untuk menjaga kebutuhan dalam negeri dan juga sebagai upaya menekan impor pangan.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah pangan kedelai, impor komoditas ini sangat besar setiap tahunnya. Penyebabnya adalah produksi di dalam negeri sangat rendah karena berbagai faktor, seperti dari minat petani, harga yang tak bersaing, hingga lahan yang terbatas.
"Bapak Presiden ingin agar kedelai itu tidak 100 persen tergantung impor karena dari hampir seluruh kebutuhan yang 2,4 (juta ton) itu produksi nasionalnya kan turun terus," ujar Menko Airlangga Hartarto usai menghadiri rapat terbatas dengan Jokowi di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, seperti dikutip dari Antara, pada Senin (19/09/2022).
Airlangga mengungkapkan, alasan para petani enggan menanam kedelai karena harga yang kurang bersaing dibandingkan dengan komoditas lain, seperti jagung.
"Jadi kita di 2018 misalnya kita produksinya di 700 ribu hektare, nah sekarang di 150 ribu hektare. Jadi kalau petani disuruh milih tanam jagung atau kedelai, ya mereka larinya ke jagung semua. Nah sekarang kita kan ingin semua ada 'mix', tidak hanya jagung saja tetapi kedelainya juga bisa naik," jelas Airlangga.
Menurut Airlangga, petani tidak bisa menanam kedelai jika harganya di bawah Rp10 ribu per kh karena akan kalah dengan harga impor dari Amerika Serikat yang hanya Rp7.700 atau bahkan lebih murah.
"Jadi untuk mencapai harga itu nanti ada penugasan dari BUMN agar petani bisa memproduksi. Itu di harga Rp10 ribu (per kilogram)," ujarnya.
Selain itu, Airlangga mengatakan, Jokowi akan mendorong para petani untuk menggunakan bibit unggul yang telah direkayasa secara genetik atau genetically modified organism (GMO). Harapan pemerintah, produktivitas lahan kedelai per hektare bisa meningkat.
"Dengan menggunakan GMO itu produksi per hektarenya itu bisa naik dari yang sekarang sekitar 1,6-2 ton per hektare, itu bisa menjadi 3,5-4 ton per hektare," lanjut Airlangga.
Pemerintah sendiri berupaya mengejar target 1 juta hektare produksi dalam beberapa tahun ke depan. Untuk itu, pemerintah menyiapkan anggaran untuk perluasan lahan tanam kedelai dari yang sekarang sekitar 150 ribu hektare menjadi 300 ribu hektare, dan menjadi 600 ribu hektare pada tahun depan.
"Itu anggarannya sudah disiapkan sekitar Rp400 miliar dan tahun depan juga akan ditingkatkan dari 300 (ribu) menjadi 600 ribu hektare, 'existing' sekitar 150 ribu hektare. Dengan demikian maka produksi itu, angka target produksi 1 juta hektare dikejar untuk 2-3 tahun ke depan," pungkas Airlangga.