Menko Marves Luhut: Hati-hati, Kita akan Menghadapi Perfect Storm

Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan menyebut kondisi perfect storm terjadi karena krisis ekonomi dan ketidakpastian geopolitik terjadi bersamaan (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

PARBOABOA, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan Indonesia perlu mewaspadai kondisi badai sempurna atau perfect storm yang tengah melanda perekonomian dunia.

Dengan kata lain, Kondisi perfect storm terjadi lantaran krisis ekonomi hingga ketidakpastian geopolitik yang terjadi dalam waktu bersamaan.

"Kita akan menghadapi perfect storm. Jadi, tolong kita semua hati-hati. Ketidakpastian ekonomi dunia menurut saya sangat tinggi," ujarnya di Investor Daily Summit, Rabu (12/10/2022).

Selain itu, Luhut mengatakan kondisi geopolitik yang tidak stabil juga bisa mengakibatkan terjadinya perang nuklir. Oleh karena itu, pemerintah disebut tengah menyiapkan berbagai uji coba di berbagai bidang untuk menghadapi skenario terburuk.

"Kalau sampai ada limited nuclear war itu juga sudah sangat bahaya berat. Kalau orang terdesak bukan tidak mungkin dia melakukan apa saja. Kita sekarang sedang menyiapkan situasi terburuk," jelasnya.

Adapun kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih baik dibandingkan negara lainnya. Namun, Indonesia disebut harus tetap waspada karena berbagai kondisi bisa terjadi beberapa bulan ke depan.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan kondisi global saat ini layaknya badai.

"Hanya memang banyak yang bertanya apakah ini topan, taifun, atau perfect storm. Nampaknya perfect storm yang akan terjadi probabilitasnya ke depan," kata Mahendra seperti dikutip dalam keterangan, Selasa (11/10/2022).

Lantas Mahendra menuturkan, dalam konteks ekonomi global The Perfect Storm artinya tiga hal menjadi satu, yaitu inflasi tinggi yang bahkan negara maju mengalami terakhir 30-40 tahun lalu sepanjang sejarah. Kedua adalah resesi baik itu teknikal resesi atau lainnya. Setelah itu, yang ketiga terdapat aspek yang tidak bisa diprediksi yang luar biasa, yakni geopolitik.

"Ketiga ini tidak diajarkan karena tidak jadi bagian ekonomi mestinya tapi ternyata ini faktor paling penyebab ketidakpastian. Berapa lama dan berapa besar, kita tidak tahu pasti. Tapi bahwa ada badai dan perfect storm pasti akan terjadi," ungkapnya.

Dengan demikian, OJK sebagai regulator bertugas untuk menjaga stabilitas keuangan, bukan hanya mencermati.

"Yang kita lakukan bukan sekadar mencermati dan memantau apalagi menyesali, tapi justru berkoordinasi, membahas untuk dapat memitigasi termasuk dengan apa yang disebut stress test (pengujian) terhadap kemungkinan yang terjadi," paparnya.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS