Cerita Rizky Maulana, Petani Hidroponik Milenial dari Simalungun

Sayuran hidroponik yang dikembangkan oleh petani milinenial Kabupaten Simalungun, Rizky Maulana Damanik. (Foto: PARBOABOA/Patrick Damanik)

PARBOABOA, Simalungun – Adalah Rizky Maulana Damanik, seorang pemuda dari Sinaksak, Kecamatan Tapian Dolok, Simalungun yang memilih menjadi petani milenial, saat anak seusianya berkutat dengan dunia digital dan berlomba-lomba menjadi pembuat konten.

Pemuda berusia 28 tahun ini bahkan rela menjual Vespa kesayangannya untuk modal awal perjalanannya menjadi petani milenial.

Rizky memilih pertanian dengan metode hidroponik. Alasan metode ini ia kembangkan, karena terbatasnya lahan di tempat tinggalnya dan hidroponik masih jarang dikembangkan, baik di kampungnya maupun Kabupaten Simalungun umumnya.

Selain itu, latar belakang pendidikannya di Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat Rizky semakin bertekad mengenalkan sistem pertanian modern tersebut di kampungnya.

Tidak hanya dari latar belakang pendidikan, pengalamannya magang di sebuah perusahaan pertanian di Taiwan pun semakin menguatkan tekad Rizky mengembangkan bisnis pertanian hidroponik, tidak hanya di kampungnya, tapi hingga ke kabupaten Simalungun.

"Saya pernah magang di Taiwan untuk belajar Pertanian. Di sana, segalanya berbeda dengan Indonesia. Mulai dari budaya, sistem kerja, hingga disiplin, semuanya sangat berbeda," ungkap Rizky kepada PARBOABOA.

Berbekal pengalaman dan modal sebesar Rp100 juta, Rizky mulai membangun bisnisnya. Ia mengubah lahan seluas 300 meter persegi menjadi sebuah rumah hijau atau green house. Pembangunan green house dilakukan Rizky selama 3 bulan.

Beberapa Kali Alami Kegagalan

Rizky Maulana Damanik, seorang pemuda dari Sinaksak, Kecamatan Tapian Dolok, Simalungun yang memilih menjadi petani milenial. (Foto: PARBOABOA/Patrick Damanik)

Tidak semua usaha yang dilakukan langsung meraih sukses. Hal itu pula yang dialami Rizky. Ia pun pernah mengalami beberapa kali kegagalan saat uji coba pertanian hidroponik di kampungnya.

"Meskipun beberapa kali benih dan bibit yang saya tanam tidak memberikan hasil maksimal, saya tetap melanjutkannya. Saya percaya suatu saat hasilnya akan bagus," katanya.

Usaha dan kerja keras Rizky pun akhirnya membuahkan hasil.

"Setelah terus mencoba cara dan formula terbaik," ungkap Rizky.

Ia melanjutkan, tantangan mengembangkan pertanian hidroponik masih berlanjut, karena konsumen sayuran yang diproduksi secara hidroponik masih minim untuk wilayah Pematang Siantar dan Simalungun.

Rizky menyebut, hasil panen miliknya pernah tidak dilirik sama sekali dan membuatnya terpaksa memberikan cuma-cuma kepada warga sekitar rumahnya.

"Beberapa kali sayur-sayuran yang belum sempat terjual itu harus saya bagikan kepada warga. Karena sayur-sayur ini kan tidak pakai pengawet daripada terbuang atau membusuk, lebih baik saya bagikan ke tetangga," jelasnya.

Rizky pun pernah menjajakan hasil panennya dari pintu ke pintu atau door to door. Cara itu dipilihnya untuk mencari pelanggan yang berujung pada pertemuannya dengan seorang pedagang sayur-sayuran organik di Pasar Horas Pematang Siantar.

Setelahnya, Rizky menjadi pemasok dari pedagang sayuran organik di pasar tersebut.

"Setelah saya berkeliling, saya dapat informasi bahwa ada pasar yang menjual sayur organik di Pasar Horas Pematang Siantar. Meski harganya sedikit lebih murah dibandingkan dengan ke konsumen akhir, tapi dengan menjualnya ke pasar tersebut tidak membuat saya rugi pada akhirnya," jelasnya.

Dari sana Rizky akhirnya belajar menciptakan pasarnya sendiri. Ia kemudian membuka toko yang khusus menjual tanaman organik. Usaha tersebut pun tak sia-sia. Setelah tokonya dibuka, Rizky mengaku omzetnya naik berkali lipat.

Di toko tersebut Rizky menjual sayuran seperti sawi, pakcoy, kangkung dan lainnya. Rizky ingin membuktikan produk pertanian miliknya lebih sehat dan berkualitas dibandingkan hasil pertanian konvensional lainnya.

Tetap Berharap Bantuan Pemerintah

Penampakan Green House berukuran 300 meter persegi milik Rizky Damanik. (Foto: PARBOABOA/Patrick) 

Setelah menemukan ritme, bisnis yang dijalani pemuda asal Simalungun ini semakin berkembang setiap harinya. Rizky membuktikan ia mampu berdiri di atas kakinya sendiri, tanpa bantuan pemerintah.

Meski begitu, Rizky tetap berharap pemerintah bisa membantunya, termasuk pelaku UMKM lainnya di Simalungun. Apalagi menurutnya, banyak pemuda Simalungun yang memiliki ide brilian menciptakan sebuah usaha, tapi masih terbatas modal.

"Menurut saya Pemda ini tidak memberikan wadah atau kesempatan bagi pemuda-pemuda di Simalungun untuk terus berkembang, terkhusus di bidang pertanian. Jadi saya tidak pernah mengharapkan bantuan dari pemerintah," jelasnya.

Rizky juga meminta pemuda Simalungun untuk terus berusaha dengan mengubah pemikiran bahwa profesi petani juga bisa digeluti generasi muda.

"Ubah pemikiran kalian mulai sekarang, bahwa petani bukan lagi keturunan melainkan profesi yang bisa disandingkan dengan profesi lainnya. Mari bertani, sejahterakan petani di Simalungun," tutupnya.

Editor: Kurniati
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS